KUDUS - Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi menyampaikan dalam mendidik
siswanya, pengelola madrasah mengikuti perkembangan zaman. Yang sudah
baik tetap diteruskan dan dikembangkan menjadi lebih baik.
Hal ini disampaikan ketika memberikan tausiyah dalam rangka Harlah ke-87 Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, Ahad pagi (21/4).
Ulama kharismatik Kudus ini mengisahkan madrasah TBS ini didirikan kiai sepuh Kudus pada tahun 1928. Dulunya, madrasah ini bernama Tasywiquth Thullab (TB) saja, kemudian dalam perkembangannya ditambahi “S” yang kepanjangannya School disingkat TBS oleh KH Abdul jalil pada masa Belanda.
“Waktu itu supaya Belanda tertarik dengan madrasah ini. Setelah merdeka, kepanjangannya “S” diganti KH Turaichan menjadi Salafiyah,” tutur Mbah Sya’roni, sapaan akrabnya.
KH Sya'roni menandaskan keberadaan madrasah seperti TBS ini sangat penting untuk membina ilmu-ilmu agama.
Sementara itu, istighotsah yang menjadi bagian dari acara harlah ini diikuti ribuan siswa dan dipimpin katib PCNU Kudus KH Ahmadi Abdul Fattah.
Hadir dalam kesempatan itu kiai-kiai sepuh Kota Kretek KH Ulin Nuha Arwani, KH Ulil Albab Arwani, KH Hasan Fauzi, KH Ahmad Rofiq, KH Arifin Fanani, dan KH Abdul Manan.
Ketua panitia Harlah Nur Salim mengatakan istighotsah dan tahlil umum ini bertujuan untuk mendo’akan muassis (para pendiri) madrasah TBS Kudus, para asatidz, dan para dermawan yang sudah banyak membantu salah satu madrasah tertua di Kudus ini.
Disamping itu, lanjut Salim menjelaskan, istighotsah dimaksudkan untuk mendo’akan pelaksanaan Pilkada 26 Mei mendatang agar Kudus ke depan tetap kondusif dan tidak terjadi perpecahan antar masyarakat.
Ia berharap masyarakat bisa memilih calon yang amanah, jujur, memperhatikan pendidikan, melestarikan budaya masyarakat kudus yang santun dan bertanggungjawab.
Hal ini disampaikan ketika memberikan tausiyah dalam rangka Harlah ke-87 Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, Ahad pagi (21/4).
Ulama kharismatik Kudus ini mengisahkan madrasah TBS ini didirikan kiai sepuh Kudus pada tahun 1928. Dulunya, madrasah ini bernama Tasywiquth Thullab (TB) saja, kemudian dalam perkembangannya ditambahi “S” yang kepanjangannya School disingkat TBS oleh KH Abdul jalil pada masa Belanda.
“Waktu itu supaya Belanda tertarik dengan madrasah ini. Setelah merdeka, kepanjangannya “S” diganti KH Turaichan menjadi Salafiyah,” tutur Mbah Sya’roni, sapaan akrabnya.
KH Sya'roni menandaskan keberadaan madrasah seperti TBS ini sangat penting untuk membina ilmu-ilmu agama.
Sementara itu, istighotsah yang menjadi bagian dari acara harlah ini diikuti ribuan siswa dan dipimpin katib PCNU Kudus KH Ahmadi Abdul Fattah.
Hadir dalam kesempatan itu kiai-kiai sepuh Kota Kretek KH Ulin Nuha Arwani, KH Ulil Albab Arwani, KH Hasan Fauzi, KH Ahmad Rofiq, KH Arifin Fanani, dan KH Abdul Manan.
Ketua panitia Harlah Nur Salim mengatakan istighotsah dan tahlil umum ini bertujuan untuk mendo’akan muassis (para pendiri) madrasah TBS Kudus, para asatidz, dan para dermawan yang sudah banyak membantu salah satu madrasah tertua di Kudus ini.
Disamping itu, lanjut Salim menjelaskan, istighotsah dimaksudkan untuk mendo’akan pelaksanaan Pilkada 26 Mei mendatang agar Kudus ke depan tetap kondusif dan tidak terjadi perpecahan antar masyarakat.
Ia berharap masyarakat bisa memilih calon yang amanah, jujur, memperhatikan pendidikan, melestarikan budaya masyarakat kudus yang santun dan bertanggungjawab.
‘’Jangan memilih karena uang. selain itu, jaga kebersamaan dan
persaudaraan dan jangan sampai terjadi perpecahan hanya gara-gara
Pilbup,’’ tegasnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor :Qomarul Adib
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah