KUDUS - Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid menegaskan
umat Islam terutama warga NU menjadi pemilik sah bangsa Indonesia.
Sebab, berdirinya bangsa ini adalah atas perjuangan para ulama pendahulu
yang mengorbankan darah dan nyawa.
“Jadi kita (orang NU) bukan orang kos-kosan di bumi nusantara tetapi pemilik sah Indonesia,” katanya dalam acara Ansor bersholawat yang diadakan PC GP Ansor Kudus di Gedung Graha Mustika Getas Pejaten, Senin (20/5) kemarin.
Nusron mengatakan semangat nasionalisme NU dan Ansor sangat tinggi sebelum organisasi terbesar ini berdiri. Ketika bangsa ini belum berdiri, tuturnya , para ulama terutama KH. Wahab Hasbullah sudah mengakui indonesia negaraku yang dituangkan pada syair-syair ya ahlal wathan karangannya pada tahun 1924.
“Kalau ada yang mengganggu Indonesia dengan berbagai cara fitnah maupun pakai bom berarti mengganggu warisan para ulama,” tandas mantan ketua umum PB PMII ini.
Ansor ke depan, menurut Nusron, perlu mempersiapkan seorang kader pemimpin yang siap berjuang untuk kebaikan bangsa dan kepentingan masyarakat. Dalam konteks kebangsaan, Ansor memperhatikan petunjuk bahwa seorang pemimpin negara harus menyatu dengan ulama, adanya para pengambil kebijakan dari kalangan teknokrat maupun insinyur.
“Begitu juga Ansor harus mempersiapkan kader politisi kenegarawanan atau politik kebangsaan. Karena politik itu menurut imam almawardi adalah usaha manusia untuk derajat yang lebih ti serta politisi kenegarawan,” tandas pria asli Kudus ini.
Terkait peringatan Harlah, Nusron menegaskan usia 79 tahun menjadi bukti bahwa Ansor ini memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Sebab, organisasi bisa tetap bertahan manakala memberikan kemanfaatan.
“Muhammadiyah, NU maupun lainnya termasuk GP Ansor masih eksis bertahan sampai sekarang karena keberadaannya sangat bermanfaat bagi masyarakat,” tandasnya lagi.
Kegiatan diselenggarakan dalam rangka peringatan Harlah ke-79 Ansor ini, dihadiri juga Habib Luthfi bin Yahya, para kiai dan habaib Kudus serta ribuan jamaah nahdliyyin.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor : Qomarul Adib
“Jadi kita (orang NU) bukan orang kos-kosan di bumi nusantara tetapi pemilik sah Indonesia,” katanya dalam acara Ansor bersholawat yang diadakan PC GP Ansor Kudus di Gedung Graha Mustika Getas Pejaten, Senin (20/5) kemarin.
Nusron mengatakan semangat nasionalisme NU dan Ansor sangat tinggi sebelum organisasi terbesar ini berdiri. Ketika bangsa ini belum berdiri, tuturnya , para ulama terutama KH. Wahab Hasbullah sudah mengakui indonesia negaraku yang dituangkan pada syair-syair ya ahlal wathan karangannya pada tahun 1924.
“Kalau ada yang mengganggu Indonesia dengan berbagai cara fitnah maupun pakai bom berarti mengganggu warisan para ulama,” tandas mantan ketua umum PB PMII ini.
Ansor ke depan, menurut Nusron, perlu mempersiapkan seorang kader pemimpin yang siap berjuang untuk kebaikan bangsa dan kepentingan masyarakat. Dalam konteks kebangsaan, Ansor memperhatikan petunjuk bahwa seorang pemimpin negara harus menyatu dengan ulama, adanya para pengambil kebijakan dari kalangan teknokrat maupun insinyur.
“Begitu juga Ansor harus mempersiapkan kader politisi kenegarawanan atau politik kebangsaan. Karena politik itu menurut imam almawardi adalah usaha manusia untuk derajat yang lebih ti serta politisi kenegarawan,” tandas pria asli Kudus ini.
Terkait peringatan Harlah, Nusron menegaskan usia 79 tahun menjadi bukti bahwa Ansor ini memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Sebab, organisasi bisa tetap bertahan manakala memberikan kemanfaatan.
“Muhammadiyah, NU maupun lainnya termasuk GP Ansor masih eksis bertahan sampai sekarang karena keberadaannya sangat bermanfaat bagi masyarakat,” tandasnya lagi.
Kegiatan diselenggarakan dalam rangka peringatan Harlah ke-79 Ansor ini, dihadiri juga Habib Luthfi bin Yahya, para kiai dan habaib Kudus serta ribuan jamaah nahdliyyin.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor : Qomarul Adib
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah