CIAMIS - Rais Syuriah PBNU KH Ishomuddin mengatakan, supaya tidak dirasuki
radikalisme agama yang mudah mengafirkan kelompok lain dan merasa benar
sendiri, anak harus belajar di pesantren-pesantren NU. Ia mengatakan hal
itu pada peringatan Hari lahir ke-90 NU dan Haul KH Moch Sirodj di
Pesantren Al Qur'an Cijantung, Ciamis, Jawa Barat, Rabu (15/05).
Pesantren-pesantren NU, tambah kiai muda asal Lampung ini, terbukti mengajarkan keaagamaan moderat, inklusif, ahklaqul karimah, “Pesantren NU mendidik mereka bagaimana cara bergaul dan berdakwah ala Rasulullah saw, yang mengusung tema rahmatan lil alamin," katanya.
Ia juga mengatakan radikalisme agama yang marak di Indonesia juga disebabkan kesalahan orangtua dalam mendidik dan mengawasi pergaulan anak-anaknya. Sehingga anak muda sekarang mudah untuk disusupi faham-faham baru yang mudah diterima logika anak muda.
Sementara itu KH. Asep Saiful Millah, alumni Pesantren Cijantung, menjabarkan pesantren NU yang dikatakan Kiai Ishom. Ia mengambil contoh pada sosok pendiri pesantren yang biasa disapa Babah Siroj. Menurutnya, Babah Siroj merupakan sosok tokoh agama yang ikhlas dan menghargai perbedaan.
Kiai Asep menambahkan, Babah Siroj menginginkan para santri untuk menjadi penerus perjuangan Rasulullah saw dalam membumikan al Qur'an ke seluruh segmen kehidupan, “Para santri diharapkan menjadi manusia yang utuh dalam memahami agama, tidak sepotong-potong seperti yang banyak kita saksikan hari ini,” kata salah seorang pengurus PWNU Jawa Barat ini.
Sedangkan Bupati Ciamis, H. Engkon Komara, dalam sambutasnnya mengucapkan terimakasih atas peran para pengasuh pesantren dan para santri, serta warga NU yang telah memabntu menciptakan kehidupan yang dinamis di kabupaten Ciamis.
"Apa yang sudah dibangun oleh Babah Siroj hendaknya dilanjutkan oleh generasi penerusnya dan para alumni yang tersebar di mana-mana," tambahnya.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Hafidz Ismail
Pesantren-pesantren NU, tambah kiai muda asal Lampung ini, terbukti mengajarkan keaagamaan moderat, inklusif, ahklaqul karimah, “Pesantren NU mendidik mereka bagaimana cara bergaul dan berdakwah ala Rasulullah saw, yang mengusung tema rahmatan lil alamin," katanya.
Ia juga mengatakan radikalisme agama yang marak di Indonesia juga disebabkan kesalahan orangtua dalam mendidik dan mengawasi pergaulan anak-anaknya. Sehingga anak muda sekarang mudah untuk disusupi faham-faham baru yang mudah diterima logika anak muda.
Sementara itu KH. Asep Saiful Millah, alumni Pesantren Cijantung, menjabarkan pesantren NU yang dikatakan Kiai Ishom. Ia mengambil contoh pada sosok pendiri pesantren yang biasa disapa Babah Siroj. Menurutnya, Babah Siroj merupakan sosok tokoh agama yang ikhlas dan menghargai perbedaan.
Kiai Asep menambahkan, Babah Siroj menginginkan para santri untuk menjadi penerus perjuangan Rasulullah saw dalam membumikan al Qur'an ke seluruh segmen kehidupan, “Para santri diharapkan menjadi manusia yang utuh dalam memahami agama, tidak sepotong-potong seperti yang banyak kita saksikan hari ini,” kata salah seorang pengurus PWNU Jawa Barat ini.
Sedangkan Bupati Ciamis, H. Engkon Komara, dalam sambutasnnya mengucapkan terimakasih atas peran para pengasuh pesantren dan para santri, serta warga NU yang telah memabntu menciptakan kehidupan yang dinamis di kabupaten Ciamis.
"Apa yang sudah dibangun oleh Babah Siroj hendaknya dilanjutkan oleh generasi penerusnya dan para alumni yang tersebar di mana-mana," tambahnya.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Hafidz Ismail
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah