JAKARTA - Perngurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan dari
Kedutaan Besar Uni Eropa di kantor PBNU, Jakarta, Rabu (22/5) sore.
Kedua pihak berdialog tentang sejumlah isu keagamaan dan peluang kerja
sama.
Duta Besar (Dubes) Uni Eropa Julian Wilson bersama Direktur European External Action Service (EEAS) untuk Asia Selatan dan Tenggara dan tiga orang lainnya disambut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Turut hadir pula Sekretaris Jendral PBNU H Marsudi Syuhud, Bendahara Umum PBNU H Bina Suhendra, Sekretaris PP LPPNU Imam Pituduh.
Dalam kesempatan itu, Kang Said, sapaan akrab KH Said Aqil Siroj, menjelaskan prinsip-prinsip keislaman NU. Organisasi Islam terbesar ini, menurut dia, menerapkan Islam yang moderat, toleran, dan menjunjung tinggi kemanusiaan.
”Islam juga tidak mungkin dijalankan tanpa bersanding secara harmonis dengan kebudayaan,” sambungnya sembari memaparkan sejarah masuknya aliran Islam garis keras ke Indonesia yang mulai masif sejak tahun 1980-an.
Setelah menjelaskan profil singkat NU, Marsudi mengusulkan kerja sama yang mungkin dijalin berkaitan dengan pendidikan. Pertukaran pelajar dan pendirian pusat pembelajaran dapat menjadi garapan bersama untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin (pelopor perdamaian bagi dunia).
”Sangat bermanfaat sekali seandainya pelajar-pelajar muslim di kawasan Uni Eropa mendalami Islam di Indonesia yang terbukti mengenalkan karakter Islam yang ramah,” ujarnya.
Julian menerima dengan baik sejumlah penjelasan dan tawaran rencana yang dikemukakan PBNU. Pihaknya akan menindaklanjuti pada kesempatan berikutnya.
Duta Besar (Dubes) Uni Eropa Julian Wilson bersama Direktur European External Action Service (EEAS) untuk Asia Selatan dan Tenggara dan tiga orang lainnya disambut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Turut hadir pula Sekretaris Jendral PBNU H Marsudi Syuhud, Bendahara Umum PBNU H Bina Suhendra, Sekretaris PP LPPNU Imam Pituduh.
Dalam kesempatan itu, Kang Said, sapaan akrab KH Said Aqil Siroj, menjelaskan prinsip-prinsip keislaman NU. Organisasi Islam terbesar ini, menurut dia, menerapkan Islam yang moderat, toleran, dan menjunjung tinggi kemanusiaan.
”Islam juga tidak mungkin dijalankan tanpa bersanding secara harmonis dengan kebudayaan,” sambungnya sembari memaparkan sejarah masuknya aliran Islam garis keras ke Indonesia yang mulai masif sejak tahun 1980-an.
Setelah menjelaskan profil singkat NU, Marsudi mengusulkan kerja sama yang mungkin dijalin berkaitan dengan pendidikan. Pertukaran pelajar dan pendirian pusat pembelajaran dapat menjadi garapan bersama untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin (pelopor perdamaian bagi dunia).
”Sangat bermanfaat sekali seandainya pelajar-pelajar muslim di kawasan Uni Eropa mendalami Islam di Indonesia yang terbukti mengenalkan karakter Islam yang ramah,” ujarnya.
Julian menerima dengan baik sejumlah penjelasan dan tawaran rencana yang dikemukakan PBNU. Pihaknya akan menindaklanjuti pada kesempatan berikutnya.
Penulis: Mahbib Khoiron
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah