SIDOARJO - Dewasa ini, banyak sekali kelompok tertentu yang berpakaian dan
berpenampilan sangat islami. Padahal mereka gemar menampakkan permusuhan
dengan kelompok yang lain. Mereka gemar memicu keresahan.
“Karena itu, jangan mudah terkecoh dengan penampilan fisik,” ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ketika menyampaikan pengarahan dalam acara pembukaan Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Timur di Pesantren Bumi Shalawat Kompleks SMP Progresif, Lebo Sudoarjo, Jumat (31/5) malam lalu.
Kang Said menambahkan, salah satu dari perilaku dan penampilan yang kelihatannya islami tersebut adalah tampilnya kelompok yang selalu menggunakan gamis dengan jenggot lebat. Padahal prilakunya belum tentu sesuai dengan Islam yang rahmatal lil ’alamin.
Dikatakannya, dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam ibadah, perbedaan antara yang benar dan yang salah sangat tipis, sehingga perlu hati-hati dalam menyikapinya.
Dalam kesempatan itu Kang Said kembali menyerukan untuk kembali ke pesantren, yakni kembali kepada nilai-nilai yang diajarkan oleh para aulia.
Menurutnya, kembali ke pesantren sebagai rujukan dari nilai-nilai justru sangat penting di tengah globalisasi yang tidak menentu. Kembali ke pesantren, katanya, berarti kembali kepada kebudayaan nusantara.
“Pesantren adalah merupakan budaya asli nusantara yang mengembangkan nilai kenusantaraan dengan bimbingan nilai-nilai keislaman,” ujarnya di acara yang dihadiri Mahfudz MD, Ali Masykur Musa, Soekarwo, Saifullah Yusuf serta sejumlah pimpinan dan daerah dan partai politik Jawa Timur.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Aryudi A. Razak
“Karena itu, jangan mudah terkecoh dengan penampilan fisik,” ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ketika menyampaikan pengarahan dalam acara pembukaan Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Timur di Pesantren Bumi Shalawat Kompleks SMP Progresif, Lebo Sudoarjo, Jumat (31/5) malam lalu.
Kang Said menambahkan, salah satu dari perilaku dan penampilan yang kelihatannya islami tersebut adalah tampilnya kelompok yang selalu menggunakan gamis dengan jenggot lebat. Padahal prilakunya belum tentu sesuai dengan Islam yang rahmatal lil ’alamin.
Dikatakannya, dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam ibadah, perbedaan antara yang benar dan yang salah sangat tipis, sehingga perlu hati-hati dalam menyikapinya.
Dalam kesempatan itu Kang Said kembali menyerukan untuk kembali ke pesantren, yakni kembali kepada nilai-nilai yang diajarkan oleh para aulia.
Menurutnya, kembali ke pesantren sebagai rujukan dari nilai-nilai justru sangat penting di tengah globalisasi yang tidak menentu. Kembali ke pesantren, katanya, berarti kembali kepada kebudayaan nusantara.
“Pesantren adalah merupakan budaya asli nusantara yang mengembangkan nilai kenusantaraan dengan bimbingan nilai-nilai keislaman,” ujarnya di acara yang dihadiri Mahfudz MD, Ali Masykur Musa, Soekarwo, Saifullah Yusuf serta sejumlah pimpinan dan daerah dan partai politik Jawa Timur.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Aryudi A. Razak
Sepertinya pak kiayi perlu piara jenggot yang nyata nyata ada dalilnya dari pada memberi komentar yang menurut saya dapat lebih memecah belah umat
ReplyDeleteRosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، وَفِّرُوا اللِّحَى، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ! (رواه البخاري: 5892)ـ
Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda: Selisihilah kaum musyrikin, biarkanlah jenggot kalian panjang, dan potong tipislah kumis kalian! (HR. Bukhori: 5892)