JOMBANG - Film “Sang Kiai” dipandang sebagai tontonan yang memiliki banyak
pesan moral kepada semua kalangan. Salah satu pesan utama yang ingin
disampaikan film ini adalah tentang kemandirian pesantren.
Demikian disampaikan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) kepada NU Online di kediamannya, dalem kasepuhan Pesantren Tebuireng Jombang, Kamis (13/6).
Demikian disampaikan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) kepada NU Online di kediamannya, dalem kasepuhan Pesantren Tebuireng Jombang, Kamis (13/6).
“Kita sepakat bahwa jangan sampai pesantren di tanah air membebani biaya terlalu tinggi kepada para santri,” terang Gus Solah.
Namun demikian untuk jaman seperti ini, beban biaya yang harus
ditanggung orang tua atau wali santri sangatlah relatif. “Bisa saja ada
yang menganggap biaya pondok terlalu tinggi, atau dapat juga jumlah
tersebut diangap sebagai sebuah hal yang wajar,” tandasnya.
Karena dalam kesehariannya, para santri harus makan dengan menu yang memenuhi standar kesehatan. Demikian juga mereka harus dibimbing masalah agama oleh pengurus asrama, keperluan listrik, air, kebersihan lingkungan, keperluan kesehatan dan sejenisnya.
“Pesantren mampu menyediakan kebutuhan dasar para santri dengan biaya yang relatif terjangkau,” ungkap ayah tiga anak ini.
Pesan yang juga sangat penting dari film ini adalah soal jihad. “Bahwa jihad tidaklah sedangkal yang dipersepsikan sebagian kalangan dengan melakukan pengerusakan dan penghilangan nyawa,” terangnya.
Bagi alumnus ITB ini, jihad dapat dilakukan dengan diplomasi. “Bagaimana menghadapi penjajah Jepang dengan tanpa menanggalkan aqidah seperti pada film, sungguh sangat elegan,” ungkapnya. Karena itu, Gus Solah sangat sepakat dengan Presiden SBY usai menonton film ini yang menyatakan bahwa Mbah Hasyim adalah sosok yang kaya strategi.
Karena demikian dalam pesan dari film ini, maka Gus Solah mengajak untuk berbondong-bondong menonoton. Karena bila biaya pembuatan film “Sang Kiai” bisa balik modal, maka sudah akan dibuatkan episode yang lebih panjang dan mendalam.
“Sang sutradara sudah mempersiapkan bagaimana kisah awal pendirian Nahdlatul Ulama,“ katanya. Demikian juga Gus Solah sudah mendengarkan rencana pembuatan film kiprah para pendiri bangsa ini saat awal kemerdekaan.
“Ini film penting untuk mendekatkan generasi muda dengan para pahlawan besar di jamannya,” katanya. Karena itu, hal mendesak yang harus dilakukan adalah menonton film ini secara berjamaah sehingga akan muncul film selanjutnya dengan tema yang lebih fokus dan mendalam.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Syaifullah
Karena dalam kesehariannya, para santri harus makan dengan menu yang memenuhi standar kesehatan. Demikian juga mereka harus dibimbing masalah agama oleh pengurus asrama, keperluan listrik, air, kebersihan lingkungan, keperluan kesehatan dan sejenisnya.
“Pesantren mampu menyediakan kebutuhan dasar para santri dengan biaya yang relatif terjangkau,” ungkap ayah tiga anak ini.
Pesan yang juga sangat penting dari film ini adalah soal jihad. “Bahwa jihad tidaklah sedangkal yang dipersepsikan sebagian kalangan dengan melakukan pengerusakan dan penghilangan nyawa,” terangnya.
Bagi alumnus ITB ini, jihad dapat dilakukan dengan diplomasi. “Bagaimana menghadapi penjajah Jepang dengan tanpa menanggalkan aqidah seperti pada film, sungguh sangat elegan,” ungkapnya. Karena itu, Gus Solah sangat sepakat dengan Presiden SBY usai menonton film ini yang menyatakan bahwa Mbah Hasyim adalah sosok yang kaya strategi.
Karena demikian dalam pesan dari film ini, maka Gus Solah mengajak untuk berbondong-bondong menonoton. Karena bila biaya pembuatan film “Sang Kiai” bisa balik modal, maka sudah akan dibuatkan episode yang lebih panjang dan mendalam.
“Sang sutradara sudah mempersiapkan bagaimana kisah awal pendirian Nahdlatul Ulama,“ katanya. Demikian juga Gus Solah sudah mendengarkan rencana pembuatan film kiprah para pendiri bangsa ini saat awal kemerdekaan.
“Ini film penting untuk mendekatkan generasi muda dengan para pahlawan besar di jamannya,” katanya. Karena itu, hal mendesak yang harus dilakukan adalah menonton film ini secara berjamaah sehingga akan muncul film selanjutnya dengan tema yang lebih fokus dan mendalam.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Syaifullah
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah