JOMBANG - Kalau melihat kemegahan bangunan dan fasilitasnya sekarang, orang
akan terkagum-kagum dengan keberadaan Rumah Sakit Ibu dan Anak Muslimat
Jombang. Namun mendengar cerita awal pendiriannya, semua layak angkat
topi dengan kiprah perempuan hebat ini.
Tak perlu harus ke Surabaya atau kota besar lain kalau hanya ingin
mendapatkan layanan kesehatan berstandar baik. Para ibu, anak-anak
demikian juga para lansia bisa mendapatkan seluruh kebutuhan yang
diinginkansi di rumah sakit ini. Mereka yang berkantong tebal hingga
warga biasa terlayani dengan tanpa ada perbedaan perlakuan. Yang
sekarang menjadi komitmen para pengurus dan tenaga medis adalah
menjadikan rumah sakit dengan layanan prima. “Kami harus memberikan
layanan di atas yang diinginkan pasien,” kata Aisyah Muhammad kepada NU Online.
Ketua PC Muslimat NU Jombang ini tak henti-hentinya mengucap syukur
atas kepercayaan masyarakat sehingga menjadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) Muslimat Jombang sebagai rujukan utama untuk layanan kesehatan
di kota santri. “Kami hanya tinggal memetik hasil dari jerih payah para
pendiri dan pejuang rumah sakit,” katanya berbinar. Pandangannya
ditujukan kepada perempuan di sebelahnya yakni Ny Hj Mu’tamaroh binti KH
Abdul Wahab Hasbullah yang tidak lain adalah ibundanya.
Panggilan Jiwa
Nyai Hj Mu’tamaroh menceritakan bahwa keinginan untuk mendirikan
rumah sakit karena keprihatinan atas kurang terlayaninya kebutuhan fital
ini. Apalagi untuk daerah Jombang hanya ada BKIA milik Kodim dan Balai
Kesehatan Santa Maria. “Praktis tidak ada tempat yang memadai untuk
kalangan kita sendiri,” ungkapnya.
Bersama beberapa fungsionaris PC Muslimat NU kala itu yang diketuai
Ibu Nyai Hj Rohmah Wahab Hasbullah, mulai diadakan pembahasan seputar
keinginan mendirikan balai kesehatan. Dengan bangunan yang sebenarnya
jauh dari memadai khususnya untuk kebutuhan ibu dan anak, dibukalah
layanan kesehatan di daerah Jagalan. “Hanya teras rumah yang disekat
dengan tirai,” kenang Bu Mu’tamaroh.
Kegigihan para ibu ini ternyata mengundang simpati dari seorang
aghniya’ bernama H Afandi. Tanahnya yang terletak di Jalan Urip
Sumoharjo seluas dua ribu meter persegi diwakafkan kepada pengurus.
Proses penyerahan tanah ini disaksikan antara lain oleh KH Adlan Ali, KH
Syamsuri (Tebuireng), Muhsin Idris (anggota DPRD Jombang), Muhammad
Baidlowi (Ketua PCNU Jombang), dan tentunya Ketua PC Muslimat kala itu
yakni Ny Hj Rohmah Wahab.
Punya tanah seluas itu tentu membanggakan, namun juga tantangan
bagaimana bisa membangun sehinga cita-cita mendirikan rumah sakit bisa
terwujud. Akhirnya berbagai cara dilakukan. Mulai dari jimpitan beras,
uang hingga bahan bangunan dan material semua dilakukan sebagai ikhtiar.
Kegiatan safari ke Pengurus Anak Cabang dimanfaatkan menggalang dana.
Semua sumbangan dari warga berupa semen, batu bata, pasir, gamping, dan
sejenisnya disetorkan ke kediamannya di Jalan Wahid Hayim 128 Jombang
yang kala itu menjadi bendahara PC Muslimat NU.
Bahkan untuk bisa membangun pagar pembatas, para pengurus Muslimat
sampai mendatangkan penyanyi kenamaan H Rhoma Irama. “Semua usaha kami
lakukan dengan harapan rumah sakit harapan akan segera berdiri,” kata
Ibu Mu’tamaroh. Apakah kedatangan sang Raja Dangdut itu mencukupi untuk
membangun pagar? Ternyata tidak. “Pokoknya bisa jadi tambahan mas,”
katanya diiringi senyumnya yang khas.
Usaha gigih dan selaksa cara yang dilakukan dengan tanpa kenal lelah
akhirnya menemui jalan buntu. Pemasukan tidak seperti yang diharapkan.
Dan akhirnya proses pembangunan dihentikan. Tidak tanggung-tanggung,
selama tiga tahun rumah sakit harapan itu tak tersentuh. Fondasi
setinggi satu setengah meter mangkrak tak tahu kapan akan diperhatikan
kembali.
Saat itulah Bu Nyai Wahab –sapaan Ny Hj Rohmah Wahab- memasrahkan
kelanjutan bangunan kepada Ibu Mu’tamaroh. “Pelimpahan” itu dilakukan
karena ingin generasi mudalah yang meneruskan. Toh pada akhirnya mereka
yang akan menikmati hasil jerih payah itu. Prosesi pelimpahan amanah
disaksikan antara lain Ny Hj Mustain Romli, Ibu Ny Wahab, KH Ahmad
Baidlawi (Ketua PCNU Jombang).
Sadar dengan keinginan kuat serta manfaat yang akan dirasakan kelak,
Ibu Mu’tamaroh dibantu suaminya akhirnya memanggil pemborong untuk
menyelesaikan bangunan harapan tersebut. Setelah dikalkulasi, kekurangan
biaya akhirnya “terpaksa” ditempuhkan dengan mengagunkan rumah mereka
ke bank. “Pokoknya bangunan dan alat kebutuhan rumah sakit harus
tersedia,” katanya. Menjaminkan rumah satu-satunya mungkin tindakan
nekat. “Tapi kami yakin, Allah akan membantu,” katanya mantap.
Proses pembangunan rumah sakit berjalan lancar. Kala itu sudah ada
tiga kamar pasien, ruang dokter, kamar periksa, serta ruang bersalin.
Namun dengan bangunan itu, jadual buka masih terbatas tiga kali dalam
seminggu. “Dokter jaga hanya ada pada hari Rabu,” kenang ibu .. anak
ini. Praktis dengan jadual seperti itu, tidak terlalu banyak pasien yang
datang. “Kami paling hanya melayani empat hingga lima orang saja dalam
seminggu,” kenang Ibui Mu’tamaroh.
Kondisi ini sempat membuat sebagian pengelola putus asa. Namun
bayangan terburuk akhirnya ditiunggal jauh. Strategi baru akhirnya
dilakukan. Diantaranya dengan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Jombang dalam upaya mencari akseptor Keluarga Berencana. Kelebihan PC
Muslimat yang memiliki jamaah pengajian di banyak tempat akhirnya
dimanfaatkan untuk sosialisasi program pemerintah ini.
Imbas dari strategi ini ternyata berdampak cukup efektif. Pada saat
yang sama, beberapa dokter spesialis akhirnya juga didatangkan. Demikian
juga penambahan kamar pavilion, ruang operasi sekaligus alat medis,
mushalla, dapur dan kamar VIP mengiringi perkembangan rumah sakit ini.
Rumah yang dijadikan jaminan di bank juga “diteruskan”. Bahkan dengan
sedikit bergurau, kalau diibaratkan anak sekolah atau kuliah, keberadaan
rumah di depan Polres Jombang ini sudah lulus secara summa cumlaude atau dengan kehormatan tertinggi.
Tidak hanya orang Jombang yang mempercayakan penanganan kesehatan
anak dan layanan ibu ke rumah sakit ini. Banyak juga pasien dari luar
kota yang mempercayakan penanganan kesehatan ke RSIA Muslimat ini.
Bahkan rumah sakit telah menggandeng setidaknya delapan asuransi bonafid
untuk bisa dilayani di sini. Karenanya beberapa waktu lalu telah
diresmikan ruangan untuk pasien VIP dan VVIP sebanyak dua puluh bad.
“Tarif sehari tiap kamar antara Rp 400 – 500 ribu,” kata Ibu Aisyah
Muhammad.
Kendati telah menjadi rumah sakit andalan di kota santri, pengabdian
dan terimakasih kepada warga tetap diperhatikan. “Siapa saja yang
memiliki Kartu Muslimat, maka akan mendapatkan discount hingga
sepuluh persen,” ungkap Bu Is. Itulah antara lain khidmat dan
terimakasih menejemen terhadap sumbangsih dan kepercayaan warga Muslimat
kepada rumah sakitnya. (Syaifullah / Red:Anam)
Gambar: Bangunan baru RSIA Muslimat Jombang
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah