YOGYAKARTA - Masyarakat Indonesia saat ini sedang krisis budi pekerti. Berbagai
kasus korupsi adalah bukti bahwa budi pekerti sudah tidak dianggap lagi.
Untuk itu, pendidikan pesantren harus melakukan gerak revitalisasi,
sehingga mampu menciptakan kader yang berbudi pekerti. Peran pesantren
sangat dinanti bangsa ini.
Demikian disampaikan KH Saifuddin, Rais Syuriyah PCNU Kolon Progo di Pesantren An-Nadwah Kauman, Bendungan Wates Kulon Progo (07/04).
Bagi Kiai Saifudin, komunitas masyarakat yang berbudi pekerti akan menciptakan suasana kondusif, aman, tenteram, serta jauh dari keonaran, keributan, dan fitnah.
“Budi pekerti yang luhur adalah sebagian pancaran keimanan yang kuat. Apalagi jika seseorang itu dilandasi dengan ilmu yang tinggi yang diamalkannya, maka akan mendorong terciptanya komunitas keluarga, masyarakat, dan bangsa yang aman, tenteram, damai, dan dinamis,” tegasnya.
Kiai Saifuddin juga menjelaskan bahwa budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Budi itu perbuatan dzohir badani (luar), sedangkan pekerti itu bathini (dalam).
“Dalam atau bathini itu artinya ilmu yang menuntun. Adapun penuntunnya dalam hal ini adalah Nabi Muhammad saw yang berakhlak Qur’ani. Artinya, akhlak Nabi saw adalah Al-Qur’an. Dengan demikian, budi pekerti itu ujung-ujungnya ialah Allah karena Al-Qur’an yang menjadi akhlak Nabi saw itu merupakan kalamullah (firman Allah),” lanjutnya.
Karena begitu pentingnya budi pekerti, Kiai Saifuddin menegaskan pesantren mempunyai peran penting untuk menciptakan generasi bangsa yang berbudi pekerti.
“Sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional yang mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam mengaplikasikan pendidikan budi pekerti, pendidikan pesantren menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah, dan kebiasaan dalam menentukan lapangan perjuangan dan kehidupan. Hal ini menjadi landasan ideal bagi semua gerak langkah pesantren dan santri-santrinya,” harapnya.
Demikian disampaikan KH Saifuddin, Rais Syuriyah PCNU Kolon Progo di Pesantren An-Nadwah Kauman, Bendungan Wates Kulon Progo (07/04).
Bagi Kiai Saifudin, komunitas masyarakat yang berbudi pekerti akan menciptakan suasana kondusif, aman, tenteram, serta jauh dari keonaran, keributan, dan fitnah.
“Budi pekerti yang luhur adalah sebagian pancaran keimanan yang kuat. Apalagi jika seseorang itu dilandasi dengan ilmu yang tinggi yang diamalkannya, maka akan mendorong terciptanya komunitas keluarga, masyarakat, dan bangsa yang aman, tenteram, damai, dan dinamis,” tegasnya.
Kiai Saifuddin juga menjelaskan bahwa budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Budi itu perbuatan dzohir badani (luar), sedangkan pekerti itu bathini (dalam).
“Dalam atau bathini itu artinya ilmu yang menuntun. Adapun penuntunnya dalam hal ini adalah Nabi Muhammad saw yang berakhlak Qur’ani. Artinya, akhlak Nabi saw adalah Al-Qur’an. Dengan demikian, budi pekerti itu ujung-ujungnya ialah Allah karena Al-Qur’an yang menjadi akhlak Nabi saw itu merupakan kalamullah (firman Allah),” lanjutnya.
Karena begitu pentingnya budi pekerti, Kiai Saifuddin menegaskan pesantren mempunyai peran penting untuk menciptakan generasi bangsa yang berbudi pekerti.
“Sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional yang mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam mengaplikasikan pendidikan budi pekerti, pendidikan pesantren menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah, dan kebiasaan dalam menentukan lapangan perjuangan dan kehidupan. Hal ini menjadi landasan ideal bagi semua gerak langkah pesantren dan santri-santrinya,” harapnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Rokhim, Wildan Isa Anshory
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah