JAKARTA - Rais Majelis Ilmi Jam’iyyatul Qurra Wal-Huffaz Nahdlatul Ulama (JQHNU)
KH Ahsin Sakho Muhammad prihatin kondisi umat Islam dewasa ini yang
tidak mencerminkan rahmatan lil-alamin. Yang tampak justru Islam marah
yang dan merasa paling benar sendiri.
Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta itu menyampaikan pendapatnya melalui telpon kepada NU Online Rabu, (3/7).
Kalau orang lain dianggap salah, tambah dia, harus dikasih penjelasan dengan rasional sesuai dengan apa yang diajarkan Al-Quran, hadits, dan prilaku sahabat, untuk kemudian mengajak kembali ke jalan yang tepat.
“Semua itu dilakukan dengan rahmat. Tidak disalah-salahkan, apalagi diusir. Manusia itu punya perasaan, punya hati. Pasti tak mau digituin,” ungkapnya prihatin.
Kiai kelahiran Cirebon ini kemudian memberikan resep mengajak orang yang dianggap salah untuk kembali ke jalan yang tepat. Menurutnya, yang paling pertama dilakukan adalah memperbaiki dahulu diri kita sendiri. Kemudian memahami persoalan sesuai dengan prinsip keislaman.
“Lalu pemetaan persoalan. Bagaiamana caranya ia supaya kembali ke jalan yang benar,” tambah pria yang kerap diundang jadi dewan hakim dalam MTQ Internasional ini.
Perlu mengadakan penelitian secara sosiologis untuk memahami adat-istiadatnya. Kemudian memilih cara mana yang paling mujarab untuk mengobati “penyakitnya”.
Dalam hal ini, kita kemudian seperti dokter, jangan asal dan sembarangan mendiagnosa. Jika sembarangan, bisa jadi bumerang bagi kita. apalagi dengan kekerasan dan merasa benar sendiri, “Jadi jangan ada kesan tidak baik terhadap orang lain.”
Pengrusakan dan pengusiran seseorang atau kelompok dari tanah kelahirannya dengan atas nama agama, lanjut dia, adalah kezaliman yang tak bisa ditolerir, “Nabi tidak pernah mengajarkan hal itu,” pungkasnya.
Penulis: Abdullah Alawi
Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta itu menyampaikan pendapatnya melalui telpon kepada NU Online Rabu, (3/7).
Kalau orang lain dianggap salah, tambah dia, harus dikasih penjelasan dengan rasional sesuai dengan apa yang diajarkan Al-Quran, hadits, dan prilaku sahabat, untuk kemudian mengajak kembali ke jalan yang tepat.
“Semua itu dilakukan dengan rahmat. Tidak disalah-salahkan, apalagi diusir. Manusia itu punya perasaan, punya hati. Pasti tak mau digituin,” ungkapnya prihatin.
Kiai kelahiran Cirebon ini kemudian memberikan resep mengajak orang yang dianggap salah untuk kembali ke jalan yang tepat. Menurutnya, yang paling pertama dilakukan adalah memperbaiki dahulu diri kita sendiri. Kemudian memahami persoalan sesuai dengan prinsip keislaman.
“Lalu pemetaan persoalan. Bagaiamana caranya ia supaya kembali ke jalan yang benar,” tambah pria yang kerap diundang jadi dewan hakim dalam MTQ Internasional ini.
Perlu mengadakan penelitian secara sosiologis untuk memahami adat-istiadatnya. Kemudian memilih cara mana yang paling mujarab untuk mengobati “penyakitnya”.
Dalam hal ini, kita kemudian seperti dokter, jangan asal dan sembarangan mendiagnosa. Jika sembarangan, bisa jadi bumerang bagi kita. apalagi dengan kekerasan dan merasa benar sendiri, “Jadi jangan ada kesan tidak baik terhadap orang lain.”
Pengrusakan dan pengusiran seseorang atau kelompok dari tanah kelahirannya dengan atas nama agama, lanjut dia, adalah kezaliman yang tak bisa ditolerir, “Nabi tidak pernah mengajarkan hal itu,” pungkasnya.
Penulis: Abdullah Alawi
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah