JAKARTA - Sejarah Selawat Badar dalam tayangan televisi sudah dipelintir. Pihak
pengelola media komersial sudah mengabaikan hak warga dalam menerima
kebenaran informasi-informasi yang ditayangkan terutama perihal
keagamaan. Karena, urusan agama ini sangat sakral.
Demikian dikatakan oleh Wakil Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PP LESBUMI) Agus Sunyoto kepada NU Online, di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya Nomor 164, Jakarta Pusat, Jumat (12/4) pagi.
“Selawat Badar diciptakan pertama kali di tahun 1960an. Ini namanya
pembodohan!” kata Agus Sunyoto dengan geram setelah menyaksikan tayangan
program Khazanah di stasiun Trans 7 pagi ini.
Dalam tayangan program itu, lanjut Agus Sunyoto, sebuah narasi
berkata bahwa seorang kiai dalam mimpinya berjumpa dengan habib berjubah
hijau yang tengah mengumandangkan Selawat Badar. Sementara istri sang
kiai dalam mimpinya bertemu dengan Rasulullah SAW.
Setelah terjaga, kiai itu mendatangi seorang habib yang memiliki
pandangan ghaib. Habib itu mengakui mimpi kiai dan istrinya, sambung
Agus Sunyoto. Karenanya, Selawat Badar yang diimpikan kiai itu perlu
diamalkan untuk mengobarkan semangat umat Islam dalam mengatasi
propaganda-propaganda Partai Komunis Indonesia (PKI). Padahal Selawat
Badar sudah dikumandangkan umat Islam sejak ratusan tahun silam.
Konten tayangan seperti itu memang tidak digarap dengan serius.
Pengelola media komersial, memang tidak memperhatikan validitas konten
tayangan. Mereka hanya berpikir tayangan itu menarik pemirsa, tegas Agus
Sunyoto.
Agus mengatakan, penanggung jawab redaksi tayangan itu harus ditegur karena keabaiannya.
Karenanya, warga NU, umumnya umat Islam perlu mewaspadai nilai-nilai
keislaman termasuk pemutarbalikan sejarah Islam yang ditayangkan di
stasiun televisi. Karena, kebenaran nilai-nilai keislaman yang
ditayangkan di dalamnya tidak sesuai dengan sejarah Islam yang
sebenarnya, tandas Agus Sunyoto sambil pamit meninggalkan Jakarta menuju
kediamannya di Malang.
Penulis: Alhafiz Kurniawan
Penulis: Alhafiz Kurniawan
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah