SITUBONDO - KHR. Cholil As’ad Syamsul Arifin mengingatkan, saat ini ada kalangan
yang mengincar masjid-masjid NU untuk diambil alih pengelolaannya. Ia
mengemukakan itu saat memberikan pengarahan di aula Mts. Salafiyah
Syafi’iyah, Mumbulsari, Jember, Jawa Timur, Kamis (23/5).
Pengasuh Pondok Pesantren Walisongo, Mimbaan, Situbondo ini menjelaskan, masjid adalah lambang sekaligus sentral kegiatan ibadah dan sosial kehidupan masyarakat. Karena itu, masjid harus dijaga dan dipelihara dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab, “Jangan sekali-kali pengelolan masjid diberikan kepada orang yang tidak jelas latar belakang amaliahnya (bukan NU).
Kiai Cholil menambahkan, biasanya orang yang ada maunya, pura-pura baik. Mereka awalnya memang mengikuti apa yang menjadi tradisi di lingkungan setempat, bahkan terkesan mendukung. Namun setelah punya jamaah, dia membelokkan arah jamaahnya, “Makanya kita harus hati-hati betul dengan orang yang tidak jelas ujung pangkalnya,” lanjutnya.
Putera KHR As’ad Syamsul Arifin ini mengaku miris mendengar kabar bahwa di Jawa Tengah sudah ada 40-an masjid NU yang beralih tangan. Masjid-masjid itu semula dikelola warga nahdliyyin, namun dengan cara-cara tertentu, masjid-masjid itu akhirnya berpindah tangan pengelolanya, “Itu di Jawa
Tengah, di Jaw aTimur, insyaalah juga ada,” tukasnya.
Acara yang bertitel “Penguatan amaliah Ahlussunnah wal jama’aah” itu dihadiri sekitar 200 orang. Mereka terdiri dari ketua dan sekretaris Ranting NU dan 3 orang pengurus takmir masjid se-Kecamatan Mumbulsari serta para tokoh NU setempat. Dalam kesempatan itu, hadir juga Rais Syuriah PCNU Jember, KH. Muhyiddin Abdusshomad.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Aryudi A. Razaq
Pengasuh Pondok Pesantren Walisongo, Mimbaan, Situbondo ini menjelaskan, masjid adalah lambang sekaligus sentral kegiatan ibadah dan sosial kehidupan masyarakat. Karena itu, masjid harus dijaga dan dipelihara dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab, “Jangan sekali-kali pengelolan masjid diberikan kepada orang yang tidak jelas latar belakang amaliahnya (bukan NU).
Kiai Cholil menambahkan, biasanya orang yang ada maunya, pura-pura baik. Mereka awalnya memang mengikuti apa yang menjadi tradisi di lingkungan setempat, bahkan terkesan mendukung. Namun setelah punya jamaah, dia membelokkan arah jamaahnya, “Makanya kita harus hati-hati betul dengan orang yang tidak jelas ujung pangkalnya,” lanjutnya.
Putera KHR As’ad Syamsul Arifin ini mengaku miris mendengar kabar bahwa di Jawa Tengah sudah ada 40-an masjid NU yang beralih tangan. Masjid-masjid itu semula dikelola warga nahdliyyin, namun dengan cara-cara tertentu, masjid-masjid itu akhirnya berpindah tangan pengelolanya, “Itu di Jawa
Tengah, di Jaw aTimur, insyaalah juga ada,” tukasnya.
Acara yang bertitel “Penguatan amaliah Ahlussunnah wal jama’aah” itu dihadiri sekitar 200 orang. Mereka terdiri dari ketua dan sekretaris Ranting NU dan 3 orang pengurus takmir masjid se-Kecamatan Mumbulsari serta para tokoh NU setempat. Dalam kesempatan itu, hadir juga Rais Syuriah PCNU Jember, KH. Muhyiddin Abdusshomad.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Aryudi A. Razaq
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah