SURABAYA - Melalui perjuangan yang tidak kenal lelah, aset organisasi yang semula
bermasalah akhirnya dapat dikuasai secara aman. Ini adalah pelajaran
berharga agar berhati-hati dalam melakukan pengelolaan aset supaya tidak
berpindah kepemilikan.
Pengalaman itu diceritakan Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Pendidikan Maarif NU Jawa Timur, DR Akhmad Muzakki, Selasa (11/6) terkait penyelamatan salah satu aset di wilayah Sidoarjo. Bangunan yang setiap harinya digunakan untuk proses mencetak sejumlah kebutuhan LP Maarif NU Jatim ini ternyata menyisakan kisah yang demikian panjang dan berliku.
Dosen pasca sarjana IAIN Sunan Ampel ini menceritakan, awalnya pembelian bangunan tersebut dilakukan dengan saling percaya. "Transaksinya terjadi pada tahun 1991 yang lalu," kenangnya. Namun dalam perjalanannya, ternyata sertifikat bangunan tersebut diagunkan ke salah satu bank.
"Celakanya, pihak pemilik sama sekali tidak membayar cicilan yang harusnya menjadi tangungjawabnya," terangnya. Dengan demikian, bunga dari cicilan pinjaman tersebut menumpuk. "Jumlahnya sampai ratusan juta rupiah," sergahnya.
Namun dengan pendekatan hukum dan kekeluargaan akhirnya proses penyelamatan itu berjalan sukses. "Perjalanannya sangat berliku dan menguras energi dan tenaga," kata komisioner Dewan Pendidikan Propinsi Jawa Timur ini.
"Tidak tehitung berapa jumlah uang yang kami keluarkan untuk proses ini," katanya. "Itu tentu saja belum termasuk usaha negosiasi kepada sejumlah orang dan instansi yang tidak pernah lelah kita lakukan," lanjutnya.
Kini, bangunan yang berada di arah pintu keluar terminal Bungurasih itu telah sah menjadi miliki organisasi. "Bila dirupiahkan, harganya bisa sampai dua milyar," katanya sembari tersenyum.
Karena itu, Muzakki berharap agar keinginan dalam menjaga dan mengamankan aset di lingkungan NU dapat menjadi kesadaran bersama.
Ia memperkirakan bahwa di banyak tempat, kejadian serupa akan terjadi. "Karena itu untuk penataan aset adalah kebutuhan sangat mendesak," terangnya.
"Kalau hal itu sudah menjadi kesadaran bersama, dapat dipastikan bahwa NU adalah organisasi yang kaya dalam jumlah anggota serta aset yang dimiliki," pungkasnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor; Syaifullah
Pengalaman itu diceritakan Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Pendidikan Maarif NU Jawa Timur, DR Akhmad Muzakki, Selasa (11/6) terkait penyelamatan salah satu aset di wilayah Sidoarjo. Bangunan yang setiap harinya digunakan untuk proses mencetak sejumlah kebutuhan LP Maarif NU Jatim ini ternyata menyisakan kisah yang demikian panjang dan berliku.
Dosen pasca sarjana IAIN Sunan Ampel ini menceritakan, awalnya pembelian bangunan tersebut dilakukan dengan saling percaya. "Transaksinya terjadi pada tahun 1991 yang lalu," kenangnya. Namun dalam perjalanannya, ternyata sertifikat bangunan tersebut diagunkan ke salah satu bank.
"Celakanya, pihak pemilik sama sekali tidak membayar cicilan yang harusnya menjadi tangungjawabnya," terangnya. Dengan demikian, bunga dari cicilan pinjaman tersebut menumpuk. "Jumlahnya sampai ratusan juta rupiah," sergahnya.
Namun dengan pendekatan hukum dan kekeluargaan akhirnya proses penyelamatan itu berjalan sukses. "Perjalanannya sangat berliku dan menguras energi dan tenaga," kata komisioner Dewan Pendidikan Propinsi Jawa Timur ini.
"Tidak tehitung berapa jumlah uang yang kami keluarkan untuk proses ini," katanya. "Itu tentu saja belum termasuk usaha negosiasi kepada sejumlah orang dan instansi yang tidak pernah lelah kita lakukan," lanjutnya.
Kini, bangunan yang berada di arah pintu keluar terminal Bungurasih itu telah sah menjadi miliki organisasi. "Bila dirupiahkan, harganya bisa sampai dua milyar," katanya sembari tersenyum.
Karena itu, Muzakki berharap agar keinginan dalam menjaga dan mengamankan aset di lingkungan NU dapat menjadi kesadaran bersama.
Ia memperkirakan bahwa di banyak tempat, kejadian serupa akan terjadi. "Karena itu untuk penataan aset adalah kebutuhan sangat mendesak," terangnya.
"Kalau hal itu sudah menjadi kesadaran bersama, dapat dipastikan bahwa NU adalah organisasi yang kaya dalam jumlah anggota serta aset yang dimiliki," pungkasnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor; Syaifullah
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah