TEGAL - Warga NU dimbau tidak mudah diadu domba terutama terkait perbedaan
aspirasi politik di setiap pemilihan umum menentukan seorang pemimpin.
Agama dan kerukunan terlalu mahal untuk ditukar dengan perselisihan
politik atau materi.
Imbauan ini disampaikan salah seorang pengurus PCNU Kabupaten Tegal Kiai Bustomi di hadapan pengurus MWCNU Dukuhwaru dan Badan Otonom NU setempat saat Rapat Koordinasi, Ahad (8/10) di Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Tegal, Jawa Tengah.
“NU itu besar dan mempunyai kekuatan besar, jadi siapapun jangan main-main dengan NU, apalagi jelang pilkada Kabupaten Tegal, warga NU jangan mau dijual murah, aqidah ini harganya mahal. Mempertahankan aqidah itu lebih mahal dari pada sekedar uang berjuta-juta, apalagi Rp 10.000 atau tiga bungkus mie instan,” katanya.
Hadir dalam kesempatan tersebut beberapa kiai dan jajaran pengurus NU Dukuhwaru dari MWCNU, Pimpiinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor, PAC Muslimat NU, PAC Fatayat NU, PAC Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan PAC Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), serta beberapa utusan dari Pengurus Ranting NU di kecamatan tersebut.
“Prinsipnya kita sekarang bukan lagi ingin menjadi objek tetapi menjadi subjek, karena dalam hajatan lima tahunan ini, kita itu mayoritas bukan minoritas jadi yang paling banyak itu kita bukan orang lain. “ kata Kiai Bustomi. (Abdul Muiz/Mahbib)
Imbauan ini disampaikan salah seorang pengurus PCNU Kabupaten Tegal Kiai Bustomi di hadapan pengurus MWCNU Dukuhwaru dan Badan Otonom NU setempat saat Rapat Koordinasi, Ahad (8/10) di Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Tegal, Jawa Tengah.
“NU itu besar dan mempunyai kekuatan besar, jadi siapapun jangan main-main dengan NU, apalagi jelang pilkada Kabupaten Tegal, warga NU jangan mau dijual murah, aqidah ini harganya mahal. Mempertahankan aqidah itu lebih mahal dari pada sekedar uang berjuta-juta, apalagi Rp 10.000 atau tiga bungkus mie instan,” katanya.
Hadir dalam kesempatan tersebut beberapa kiai dan jajaran pengurus NU Dukuhwaru dari MWCNU, Pimpiinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor, PAC Muslimat NU, PAC Fatayat NU, PAC Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan PAC Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), serta beberapa utusan dari Pengurus Ranting NU di kecamatan tersebut.
“Prinsipnya kita sekarang bukan lagi ingin menjadi objek tetapi menjadi subjek, karena dalam hajatan lima tahunan ini, kita itu mayoritas bukan minoritas jadi yang paling banyak itu kita bukan orang lain. “ kata Kiai Bustomi. (Abdul Muiz/Mahbib)
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah