Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menginstruksikan kepada warga
Nahdliyin yang tidak bisa mengikuti shalat jenazah dan pemakaman KH MA
Sahal Mahfudh di Pati, Jawa Tengah untuk melaksanakan shalat ghaib dan
membaca tahlil di daerah masing-masing sebagai bentuk penghormatan
kepada Rais Aam PBNU.
“Mari kita berikan penghormatan terakhir kepada Kiai Sahal dengan melaksanakan shalat ghaib,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Muhammad Sulthan Fatoni di Jakarta meneruskan instruksi Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
Selain itu, lanjut Sulthan, PBNU juga menginstruksikan dibacakannya doa dan tahlil untuk Kiai Sahal yang meninggal dunia di usia 76 tahun. “Di masjid An-Nahdlah (Gedung PBNU) sendiri tahlil akan dilakukan selama 7 hari berturut-turut,” lanjutnya.
Kiai Sahal yang lahir pada 17 Desember 1937, dimakamkan di Kompleks Pemakaman Waliyullah Mbah Mutakkin, Pati, Jawa Tengah pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB.
“Tepatnya di sebelah makam Kiai Abdullah Salam, paman Kiai Sahal yang sekaligus salah satu pembimbingnya hingga menjadi ulama besar seperti sekarang,” ujar Sulthan.
Hingga wafatnya, Kiai Sahal masih menjabat sebagai pemimpin tertinggi (Rais Aam) di PBNU, sejak yang pertama kali dijabatnya pada tahun 1999 silam. Kiai dengan konsentrasi penguasaan ilmu fiqih ini juga menduduki jabatan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 2000-sekarang.
Dalam beberapa pekan terakhir pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen Margoyoso, tersebut memang mengalami penurunan kondisi kesehatan yang mengharuskannya menjalani perawatan intensif di RS Kariadi, Semarang. Jumat pekan lalu kondisinya sempat membaik dan dokter mengizinkannya pulang, namun tiga hari setelahnya kembali labil hingga Allah SWT memanggilnya.
“Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. Allahumma la tahrimna ajrohu wala taftinna bakdahu waghfirlana walahu.” (Samsul Hadi/Anam)
“Mari kita berikan penghormatan terakhir kepada Kiai Sahal dengan melaksanakan shalat ghaib,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Muhammad Sulthan Fatoni di Jakarta meneruskan instruksi Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
Selain itu, lanjut Sulthan, PBNU juga menginstruksikan dibacakannya doa dan tahlil untuk Kiai Sahal yang meninggal dunia di usia 76 tahun. “Di masjid An-Nahdlah (Gedung PBNU) sendiri tahlil akan dilakukan selama 7 hari berturut-turut,” lanjutnya.
Kiai Sahal yang lahir pada 17 Desember 1937, dimakamkan di Kompleks Pemakaman Waliyullah Mbah Mutakkin, Pati, Jawa Tengah pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB.
“Tepatnya di sebelah makam Kiai Abdullah Salam, paman Kiai Sahal yang sekaligus salah satu pembimbingnya hingga menjadi ulama besar seperti sekarang,” ujar Sulthan.
Hingga wafatnya, Kiai Sahal masih menjabat sebagai pemimpin tertinggi (Rais Aam) di PBNU, sejak yang pertama kali dijabatnya pada tahun 1999 silam. Kiai dengan konsentrasi penguasaan ilmu fiqih ini juga menduduki jabatan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 2000-sekarang.
Dalam beberapa pekan terakhir pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen Margoyoso, tersebut memang mengalami penurunan kondisi kesehatan yang mengharuskannya menjalani perawatan intensif di RS Kariadi, Semarang. Jumat pekan lalu kondisinya sempat membaik dan dokter mengizinkannya pulang, namun tiga hari setelahnya kembali labil hingga Allah SWT memanggilnya.
“Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. Allahumma la tahrimna ajrohu wala taftinna bakdahu waghfirlana walahu.” (Samsul Hadi/Anam)
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah