Oleh Faisol Ramdhoni
--Sudah menjadi pengakuan umum bahwa di dalam diri Nahdlatul Ulama
(NU) terdapat banyak keunikan sehingga ia menjadi perbincangan yang
sangat menarik banyak kalangan. Keunikan NU bisa ditemukan dari
bagaimana bisa NU yang tidak didesain dan diorganisasi secara canggih
bisa memliki massa terbanyak dan bisa eksis sampai sekarang. Sementara,
dari sisi lain, potensi dan pergerakan kader-kader mudanya seringkali
membuat publik terkejut. Di balik penobatannya sebagi bagian dari
organisasi tradisional ternyata dalam pergerakannya kader-kader muda NU
mampu menunjukkan dirinya tidaklah kampungan,bahkan lebih modern dari
kelompok yang selama ini dinobatkan sebagai kaum modernis.
Pada Era 90-an, bila dibanding dengan kaum muda Islam lain, anak-anak
muda NU boleh jadi merupakan komunitas paling agresif di belantara
wacana pemikiran Islam di Tanah Air. Tatkala ruang kebebasan publik
terbuka lebar, berbagai pemikiran mereka usung dari yang paling kiri
(marxis) sampai yang paling kanan (liberal).Pengamat Islam dari Belanda,
Martin van Bruinessen (1994), pernah memuji kaum muda NU sebagai
anak-anak yang paling dinamis dalam perdebatan intelektual. Ini berbeda
dengan anak-anak Islam modernis yang lebih dipengaruhi kaum
fundamentalis seperti Sayyid Qutb dan Abu Ala Maududi. Pandangan yang
lebih optimistik tentang kaum muda NU dikemukakan Nurcholish Madjid.
Menurut dia, anak-anak NU yang mulai sekolah pada 1970-an, yang
jumlahnya cukup banyak itu, akan menjadi sarjana pada 1990-an. Di situ
Nurcholish berharap akan terjadi keseimbangan baru Islam Indonesia
khususnya antara NU dan Muhammadiyah
Bisa dikatakan bahwa di masa-masa tersebut telah terjadi kebangkitan
intelektual di kalangan muda NU. Kebangkitan intelektual ini
berlangsung secara serempak sebagai sebuah gerakan. Artinya, tidak
individual, tetapi merujuk suatu gerakan yang dikerjakan bersama dalam
berbagai enclave yang tersebar di sejumlah wilayah. Ciri lain dari
fenomena kebangkitan intelektual muda NU adalah penegasan identitas diri
yang tampak menonjol. Nyaris semua unsur yang bukan merupakan identitas
ke-NU-an dipangkas. Atribut-atribut yang biasa melekat pada kelompok
yang biasa disebut Islam modernis, misalnya, akan mereka tolak.
Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, dimana anak-anak muda NU lebih
banyak memfokuskan diri pada produksi wacana dalam rangka kritisisme dan
upaya membentengi diri dari wacana dan pemikiran yang lahir di luar NU.
Di era sekarang, tanpa harus menanggalkan pergulatan pemikirannya,
mulai muncul kesadaran baru akan arti penting penguasaan informasi
teknologi sebagai bagian dari strategi pegerakannya. Kesadaran ini
muncul karena didoroang oleh kebutuhan media massa alternatif yang
mengarahkan umat pada pemahaman islam yang moderat dan toleran mutlak
dibutuhkan di Indonesia. Pengembangan media berbasis teknologi informasi
menjadi arah baru gerakan anak-anak muda NU untuk membentengi diri dari
gempuran media-media penyebar islam keras.
Persis dengan ciri fenomena fase kebangkitan intelektual, pemanfaatan
media teknologi informasi oleh anak-anak muda NU digunakan sebagai
sarana penyebaran pemikiran yang menegaskan identitas diri sekaligus
filterisasi masuknya pemikiran-pemikiran yang lahir bukan dari rahim NU.
Di samping itu, kesadaran ini kemudian menjelma menjadi gerakan
kolefktif yang menyebar ke anak-anak muda NU di berbagai daerah. Walhasil,
ratusan situs Aswaja yang dirintis dan dikelola anak-anak muda NU
bermunculan baik atas nama pesantren, majelis,pribadi, dan komunitas.
Sebut saja misalnya: Muslimedia News,Cyber Dakwah, Pustaka Ilmu Sunni
Salafiyah, Buya Yahya, Kyai Jawab, Islamuna, Sufi News, Islam Net,
Santri News, Sarkub / Thariqah Sarkubiyah, Suara Muslim,Pesantren
Virtual dan masih banyak lagi, adalah nama-nama situs yang ramai
dikunjungi selain situs NU Online.
Tidah hanya berhenti pada pembuatan situs-situs website, inovasi
anak-anak muda NU di bidang pengelolaan dakwah berbasis IT pun semakin
canggih. Bila selama ini kita masih awam dengan kehadiran radio dan
televisi di dunia maya, maka anak-anak muda NU telah membukakan alam
pikir kita semua. Puluhan Radio dan Televisi streaming pun tercipta di
daerah-daerah seperti; Radio Aswaja FM Ponorogo, Radio Sarkub, Radio
Madu FM, TV Aswaja, TV Ahbabul Mustofo Solo dan lainnya digunakan untuk
meluaskan dakwah islam ala NU. Berita,ceramah, kajian kitab dan kajian
ala pesantren bisa kita dengar dan tonton layaknya di radio dan televisi
biasanya.
Melihat fenomena ini maka tidaklah salah jika dikatakan bahwa di
dalam tubuh NU telah terjadi fase kebangkitan generasi Cyber. Sebuah
generasi yang telah memberikan pencerahan pada strategi dakwah
tradisional. Sebuah generasi yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan
perkembangan zaman tanpa harus melupakan basis tradisinya. Sebuah
generasi yang tak kenal lelah berjuang merawat nilai dan ajaran para
kyai/ulama NU di dunia maya.
Merekalah, para santri yang selama ini dicap sebagai kaum
sarungan,ndeso, tradisional dan dinilai gagap teknologi ternyata mampu
menunjukkan kemampuannya yang amat mumpuni dalam penguasaan IT. Di
tangan para santri-santri inilah, kajian kitab klasik yang selama ini
hanya bisa dinikmati oleh segilintir orang dari bilik-bilik pesantren
kini bisa dibaca dan dinikmati oleh masyarakat dunia dengan mudah. Di
tangan para santri-santri inilah, ketakutan pada ancaman gerusan budaya
karena pemanfaatan media IT mampu disulap menjadi sebuah kekuatan media
alternatif yang transformatif dalam penyebaran Islam yang selaras dengan
kultur Indonesia.
Lebih mencengangkan lagi, ternyata eksistensi generasi cyber di NU
tidak hanya menorehkan prestasi di bidang pengawalan ajaran keagamaan
yang moderat dan toleran saja. Di bidang pengawalan proses demokratisasi
di Indonesia, kader muda NU mampu menunjukkan dirinya sebagai garda
terdepan. Adalah Ainun Najib, seorang kader muda NU jebolan pesantren
dan madrasah di Gresik , yang membuat situs http://www.kawalpemilu.org
menjadi situs yang banyak mendapatkan pujian dan paling kesohor selama
pelaksanaan pilpres 2014 di Indonesia. Media berbasis IT ini diakui oleh
banyak pihak sebagai situs yang mampu menyajikan data paling akurat
dalam mengawal perolehan suara selama pemilu. Satu lagi, anak muda
NU,yakni K-San dengan situs http://seeyoukey.com/pilpres2014
semakin menancapkan eksistensi generasi cyber NU dalam pengawalan
proses demokratisasi di republik ini. Keduanya hadir memberikan
inspirasi bahwa santri-santri di seluruh Indonesia tidak bisa dipandang
sebelah mata lagi di era Cyber saat ini. Para Santri siap “berperang”
melawan serangan-serangan cyber yang berniat melenyapkan ajaran Islam
Rahmatan lil Alamin dalam mengawal keutuhan NKRI. Bravo Generasi Cyber NU!!!
Faisol Ramdhoni, Ketua Lakpesdam NU Sampang
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah