Headlines News :
Home » » Mendorong Kiprah PMII di ASEAN: Catatan Jelang ASEAN Plus 8 Youth Assembly

Mendorong Kiprah PMII di ASEAN: Catatan Jelang ASEAN Plus 8 Youth Assembly

KOLOM - Keterlibatan PMII di berbagai forum pemuda atau mahasiswa internasional sudah dimulai sejak era Mahbub Djunaedi dan Zamroni. Pada masa Orde Baru (Orba), frekuensinya agak menurun akibat keberadaan KNPI dianggap sebagai organisasi yang merepresentasikan berbagai organisasi kepemudaan di Indonesia dalam forum-forum internasional.

Kelompok Cipayung yang didirikan belakangan dan pada awalnya sempat dicurigai penguasa hanya dipandang sebelah mata oleh rezim mengingat anggota kelompok Cipayung juga merangkap sebagai anggota KNPI.

Geliat PMII di kancah internasional baru kembali terlihat dipenghujung Orde Baru setelah PMII berjejaring dengan banyak embassy serta NGO di tingkat nasional dan global. Di masa post-Orba, undangan dalam forum-forum internasional sudah menjadi sesuatu yang lumrah bagi PMII meski dengan intensitas yang fluktuatif.

Agak sedikit melangkah, PB PMII periode 2000-2003 di bawah kepemimpinan Nusron Wahid pernah menggelar forum youth leaders tingkat ASEAN tahun 2002 di Jakarta. Tema besar yang diangkat terkait dengan kepemimpinan kaum muda di ASEAN. Penulis cukup kesulitan, meski telah berkomunikasi dengan beberapa ketua bidang dan pengurus lainnya di periode tersebut, melacak dokumen resmi kegiatan maupun kliping berita sehingga tidak bisa mendekripsikan kegiatan tersebut pada tulisan ini.

Lebih jauh melangkah, PB PMII periode Ketua Umum Addin Jauharudin berencana menggelar forum di tingkat yang sama bertajuk ASEAN plus 8 Youth Assembly yang bakal digelar pada 26 -29 Agustus 2013 di Jakarta. Terdapat beberapa perbedaan cukup mencolok dengan yang terdahulu. Pertama, pelibatan delegasi yang diperluas. Selain negara-negara di ASEAN yang terkategorisasi sebagai member participant, terdapat delapan negara lainnya yang akan diundang sebagai observer participant, yakni: Timor Leste, Australia, Jepang, Korea Selatan, China, India, Amerika Serikat, dan perwakilan Uni Eropa. Kedua, gagasan forum ini awalnya tidak didorong oleh sponsor dari kalangan pemerintah, lembaga donor, maupun organisasi non-profit tetapi murni inisiatif PB PMII setelah membaca dinamika geopolitik dan geoekonomi di kawasan ASEAN.

Rangkaian tulisan di bawah ini akan menjelaskan signifikansi forum tersebut.

Perkembangan Kawasan ASEAN

Sejak didirikan 46 tahun yang lalu, ASEAN mengalami perkembangan luar biasa. Diakui oleh banyak pakar hubungan luar negeri sebagai organisasi kerja sama regional yang paling terintegrasi setelah Uni Eropa. Prioritas menciptakan perdamaian kawasan telah tercapai dengan tidak adanya perang antar negara anggota secara langsung-berlebihan atau gejolak politik berkepanjangan. Tiap sengketa masih bisa diredam atau diselesaikan melalui pendekatan diplomatik.

Dalam perkembangannya, ASEAN melepaskan dirinya dari bayang-bayang Perang Dingin (the cold war), yang dulu menggejolak di kawasan Indocina, dan beranjak menyiapkan diri menjadi kekuatan ekonomi dunia.

Peningkatan ekonomi membuat ASEAN menjadi kawasan yang sangat seksi. Pada tahun 2011 GDP (Gross Domestic product) keseluruhan negara ASEAN lebih dari US$ 2.178 triliun atau 4,2 persen dari GWP (Gross World Product) dan pendapatan perkapita (PPP/Purchasing Power Parity) US$ 3.334. Nilai itu diprediksikan terus meningkat meskipun krisis di Eropa terus berlanjut. Penduduk ASEAN berada di tempat ketiga dengan populasi sebanyak 605 juta jiwa.

Asia Tenggara juga menjadi kawasan strategis karena menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia dan menjadikan Selat Malaka sebagai selat teramai kedua setelah Selat Hormuz dan dijuluki sebagai chokepoint of shipping in the world.

Jauh-jauh hari tiga negara kuat di Asia Timur: China, Jepang, dan Korea Selatan telah melakukan pendekatan intensif melalui forum ASEAN Plus Three yang berjalan sejak 1997. Tak mau ketinggalan, Amerika, Uni Eropa, Rusia, dan India juga berlomba-lomba membangun keintiman dengan ASEAN meski China telah lebih dulu bertindak agresif dengan membangun zona perdagangan bebas bersama ASEAN melalui ACFTA yang dimulai sejak 1 Januari 2010.

Di luar sisi ekonomi, hubungan internasional dalam lingkup ASEAN terus menjejakan langkah-langkah baru. ASEAN yang semula hanya menjadi perkumpulan dalam ikatan longgar negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai mengarah ke dalam ikatan yang lebih kuat. Kita bisa melihat bahwa telah berjalannya AFTA bukan akhir dari puncak hubungan kerja sama regional. Pada tahun 2015 nanti ASEAN Community akan terbentuk, termasuk di dalamnya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Keamanan ASEAN.

Pembentukan ASEAN Community dicanangkan pada saat Deklarasi Bali Concord II Tahun 2003. Rencana awalnya, pembentukan ASEAN Community akan dimulai pada tahun 2020 tetapi kemudian dipercepat lima tahun. Terbentuknya ASEAN Community ditopang oleh tiga pilar utama: keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya.

Pertama, pilar keamanan. Penerapan prinsip-prinsip non-interference tidak lagi secara kaku seperti di masa sebelum penerapan ASEAN Community mengingat adanya kesamaan persepsi ancaman, baik ancaman tradisional maupun non-tradisional. Komunitas Keamanan ASEAN bertujuan memperkuat ketahanan kawasan dan mendukung penyelesaian konflik secara damai melalui forum konsultasi bersama. Kedua, pilar ekonomi. Pembentukan kawasan ekonomi terintegrasi dengan fokus pada pembentukan biaya transaksi perdagangan, peningkatan fasilitas perdagangan dan bisnis, dan peningkatan daya saing sektor UKM. Kemudahan dan peningkatan akses pasar intra ASEAN diharapkan dapat memberi peluang tiap negara anggota memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan, meningkatkan daya tarik investor dan turisme, mengurangi biaya transaksi perdagangan, dan perbaikan fasilitas perdagangan dan bisnis. Ketiga, pilar sosial-budaya. Kerja sama difokuskan untuk penciptaan a caring and sharing community. Kerjasam ini mencakup bidang kepemudaan, wanita, kepegawaian, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, penganggulangan bencana alam, kesehatan, pembangunan sosial, pengentasan kemiskinan, dan ketenagakerjaan.

Meski akan ditopang oleh kerja sama regional yang cukup berarti dan mengikat, saat ini terdapat potensi konflik antar sesama negara anggota maupun dengan negara-negara non-anggota yang cukup tinggi menyangkut atas klaim teritorial di laut Cina Selatan maupun isu-isu perbatasan lainnya. Konflik komunal dengan kekerasan di masing-masing negara yang masih kerap terjadi. Hal itu juga masih ditambah dengan persoalan tenaga kerja migrant yang rentan dengan kecenderungan emosional antar bangsa yang jika tidak ditangani dengan serius akan memperkuat sentimen antipati terhadap keberadaan komunitas masyarakat ASEAN. Terakhir, perbedaan tingkat ekonomi yang cukup tajam antar negara menjadi tantangan tersendiri di mana tiap negara yang terintegrasi menaruh harapan kuat bisa menikmati keuntungan ekonomi. Bukan sebaliknya, si kuat terus memangsa si lemah.

Perkembangan Indonesia

Tumbangnya Soeharto membawa berkah bagi masyarakat Indonesia. Meskipun cita-cita reformasi belum sepenuhnya terwujud, koreksi terhadap penyelenggaraan pemerintah yang sesuai dengan kaidah demokrasi ala Indonesia terus berjalan. Pelan-pelan, pelaksanaan demokrasi substansial mulai mendapat tempat meski menghadapi tantangan yang tidak kalah pelik. Pemimpin-pemimpin muda dan baru yang membawa ide-ide segar bagi penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada peningkatan pelayanan masyarakat mulai bermunculan.

Penegakan hukum, meskipun masih compang-camping, belakangan terus menunjukan peningkatan kinerja semakin baik melalui reformasi institusi dan pendirian institusi-institusi baru di sektor hukum . Di sektor pendidikan, dengan alokasi anggaran yang cukup tinggi, terus berbenah meningkatkan infrastruktur dan kualitas peserta didik. Infrastruktur transportasi juga mengalami peningkatan dengan revitalisasi maupun pembangunan sejumlah jalan, rel, pelabuhan, maupun bandara baru. Industri strategis kembali menggeliat di mana industri penerbangan dan peralatan tempur mulai diminati pasar luar negeri.

Secara khusus penulis mendeskripsikan perkembangan ekonomi Indonesia kontemporer.

Dalam sebuah wawancara bisnis yang ditayangkan Bloomberg TV pada 29 April 2013, Carlos Slim, orang terkaya sejagad versi majalah Forbes pada tahun 2010 hingga 2012, menyebutkan bahwa negara yang layak sebagai tempat berinvestasi saat ini di Asia adalah Indonesia. Tidak terlalu berbeda, The Economist menyatakan bahwa Indonesia hanya berada di bawah Cina dan India dalam hal destinasi investasi.

Berdasarkan catatan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), pada Triwulan I (Januari-Maret) tahun 2013, investasi yang masuk dari PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA (Penanaman Modal Asing) sebesar Rp 93 triliun (23,8%) yang berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 361.924 orang. Target investasi selama 2013 sebesar Rp 390 triliun yang kemungkinan dapat tercapai mengingat angka investasi Indonesia, menurut beberapa lembaga pemeringkat investasi, terus berada pada posisi stabil atau positif beberapa tahun terakhir. Selain itu, tingginya tingkat optimisme konsumen seperti yang terlihat dalam rilis Consumer Expectation Index (CEI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada Januari lalu yang menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi dapat tumbuh 2,5 poin dan ketersediaan pekerjaan naik 2,1 poin juga menjadi perangsang bagi para investor.

Akhir April 2013, posisi utang Indonesia mencapai Rp 2,023 triliun atau setara dengan 24 persen PDB/GDP yang pada tahun 2012 mencapai Rp 8.241 triliun. Dalam kacamata ekonomi makro, rasio utang Indonesia masih di bawah batas aman meski yang perlu diperhatikan adalah tax ratio yang masih belum cukup signifikan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 mencapai 6,23 persen, hanya dikalahkan oleh China yang mencapai 7,8 persen, telah meningkatkan pertumbuhan kelas menengah dan kaya baru. Kelas menengah di Indonesia sekitar 60 persen dan pendapatan perkapita mencapai US $ 3.850. Adapun pertumbuhan orang kaya baru di Indonesia sangat tinggi di mana Indonesia masuk sebagai satu dari lima negara dengan pertumbuhan orang kaya tercepat versi Credit Suisse yang tahun lalu merilis Global Wealth Report. Di Jakarta, peningkatan kelas menengah dan kaya baru ini berimbas pada penobatan Jakarta sebagai tempat tujuan investasi properti nomor satu di Asia Pasific, versi Urban Land Institute (ULI) dan PricewaterhouseCoopers (PwC), mengalahkan Shanghai, Singapura, Sydney, Kuala Lumpur, dan kota-kota besar lainnya.

Meski menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, terdapat beberapa hal yang memprihatinkan, misalnya soal kesenjangan yang terlalu jauh antara ‘the have’ dan ‘the have not’. Pada tahun 2012, tercatat 16,4 persen memiliki kekayaan antara US$ 10 ribu-100 ribu, 1,2 persen dengan kekayaan US$ 100 ribu-1 juta, dan 0,1 persen memiliki kekayaan di atas US$ 1 juta. Sisanya, sekitar 82 persen hanya memiliki kekayaan kurang dari US$ 10 ribu. Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada tahun 2011 juga menunjukan bahwa hanya 591.890 rekening yang memiliki simpanan di atas Rp 500 juta yang berjumlah total Rp 1.75 triliun atau lebih banyak dari jumlah APBN Indonesia di tahun 2012. Total kekayaan 40 orang kaya Indonesia, versi majalah Forbes tahun 2012, mencapai Rp 850 triliun dengan peningkatan rata-rata kekayaan mencapai 80 persen dalam kurun lima tahun terakhir. Hampir setara dengan kekayaan 60 juta orang penduduk Indonesia lainya.

Kewaspadaan dari optimisme angka-angka masih dibutuhkan untuk menghindari buaian maut sebagaimana yang dirasakan Orba di awal dan pertengahan dekade 90-an. Misalnya dari sisi investasi, sejauh ini belum banyak investor yang berorientasi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi yang berorientasi ekspor. Indonesia masih diprioritaskan menjadi basis produksi untuk pasar domestik yang semata-mata hanya ingin meraup keuntungan maksimal dari tingginya tingkat konsumsi domestik. Cukup tingginya investasi masih ditopang oleh masuknya investor di sektor pertambangan yang mengambil porsi tertinggi, sebanyak 17,3 persen atau US $ 4,3 milyar pada tahun 2012, di bandingkan sektor-sektor yang lain. Ini yang perlu diwaspadai mengingat trend perdagangan global ke depan tidak lagi hanya bertumpu pada eksploitasi berlebihan sisa-sisa fosil tetapi pada sektor manufaktur yang sarat teknologi tinggi. Apalagi di sektor produk pertanian, perkebunan dan perikanan belum ada perubahan yang cukup signifikan.

Tahun 2012 juga mencatat rekor buruk perdagangan Indonesia dalam kurun 50 tahun terakhir di mana terjadi defisit perdagangan sekitar US$ 1,63 miliar. Tercatat juga dalam sejarah bahwa untuk pertamakalinya impor minyak mengalahkan impor manufaktur. Jika strategi pengelolaan sektor energi tidak diperbaiki maka kondisi demikian akan semakin memburuk dan menumbuhkan rasa pesimis.

Indonesia sebagai sebagai Core ASEAN

Sebagai salah satu negara inisiator berdirinya ASEAN, Indonesia dipandang sebagai kekuatan inti organisasi regional tersebut. Dari sisi demografi, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang hampir mencapai 250 juta jiwa. Angka tersebut mendudukan Indonesia sebagai negara terbesar keempat di dunia atau sebanyak 3,41 persen, 6 persen dari total penduduk Asia, dan 42 persen dari seluruh penduduk di Asia Tenggara. Populasi terbesar membuat bahasa Indonesia akan menjadi bahasa resmi ASEAN yang mulai berlaku pada saat ASEAN Community.

Pada tahun 2011, penduduk berusia produktif, rentang usia 15 – 64 tahun, menempati porsi tertinggi sebanyak 66,5 persen. Dari total jumlah penduduk, median usia berada pada usia 28,2 tahun. Hingga 30 tahun ke depan angka usia produktifnya masih tetap lebih tinggi dari pada mereka yang tidak lagi terkategori dalam usia produktif. Data tersebut menunjukan bahwa populasi penduduk Indonesia sangat menjanjikan bagi pengingkatan produksi dan konsumsi.

Saat ini, Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang masuk ke dalam kelompok G-20. Pada tahun 2011 berada di peringkat 16 kekuatan ekonomi negara-negara di dunia versi World Bank. Di tahun-tahun berikutnya kemungkinan besar posisi Indonesia akan semakin meningkat. Persentase GDP Indonesia, di tahun 2012, sudah mencapai 40 persen dari keseluruhan GDP negara-negara ASEAN.

Peningkatan ekonomi juga berkorelasi pada peningkatan anggaran pertahanan. Indonesia tengah membangun industri strategis untuk meminimalisasi ketergantungan dan berupaya mengekspor produk industri pertahanannya. Guna memperkuat dan memodernisasi alutista untuk mencapai minimum essential forces, sejumlah pembelian senjata yang mensyaratkan adanya transfer teknologi dilakukan. Menurut situs Global Fire Power, yang melakukan pemetaan dan pembuatan ranking kekuatan militer, tahun ini Indonesia menduduki peringkat ke-15 dunia. Berada di atas negara-negara ASEAN lainnya atau bahkan Jepang dan Australia.

Meskipun Indonesia masih leading di kawasan ASEAN, terdapat sejumlah persoalan yang memprihatinkan dan berpotensi menghambat proyeksi nasional di masa mendatang. Persoalan tersebut antara lain: 1) rendahnya pendapatan perkapita Indonesia yang masih berada di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand; 2) tingkat kemiskinan yang masih tinggi dan mutu pendidikan yang masih rendah; 3) tingkat korupsi yang besar dilihat dari indeks persepsi korupsi; 4) kesenjangan pembangunan antar wilayah di Indonesia yang dapat memicu kemunculan gerakan separatis.

PMII sebagai Core Organisasi Mahasiswa Indonesia di ASEAN

Di antara berbagai organisasi kemahasiswaan lainnya, kelebihan PMII memiliki modal sosial yang cukup besar. Pertama, PMII merepresentasikan keberadaan kelompok intelektual terdidik dari kalangan Islam terbesar di Indonesia. Kedua, PMII menjadi motor gerakan sosial bagi terciptanya iklim demokrasi yang kondusif. Ketiga, dalam relasi sosialnya berpijak pada prinsip tawasuth, tasamuh, dan tawazun yang memungkinkan kebhinekaan bisa terjaga dan saling bersinergi. Kemampuan PMII berinteraksi dengan banyak elemen gerakan mahasiswa dari berbagai latar ideologi maupun pemikiran membuat PMII senantiasa berada di arus utama gerakan mahasiswa.

Modal hanya akan menjadi modal manakala tidak ditransformasi dengan proses yang tepat. Oleh karena itu, mengingat momentum saat ini sulit terulang, sudah selayaknya PMII meningkatkan kualitas permainan di saat semua ‘pemain serupa’ sedang mengalami kelelahan atau kebingungan karena sandera politik para seniornya dan terjadinya disorientasi.

Pemanfaatan ini dimulai dengan bacaan PMII dalam konteks ASEAN di mana PMII memiliki celah untuk memulai dari pilar sosial-budaya dalam ASEAN Community yang akan berlaku secara efektif tanggal 31 Desember 2015. PMII berupaya menjadi lokomotif interaksi people to people generasi muda Indonesia di tingkat regional.

Dalam diskusi bertema “Menuju Masyarakat ASEAN: Strategi Pengembangan People-Centered” yang diselenggarakan atas kerja sama Biro HI Kedeputian Bidang Politik Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) dengan Kelompok Penelitian ASEAN P2P-LIPI pada 13 April 2011, yang kebetulan dihadiri oleh penulis, disinggung bagaimana mewujudkan people-centered ASEAN. People-centered mensyaratkan terbentuknya kerja sama yang tidak hanya bertumpu pada keamanan negara melainkan juga pada upaya pembangunan manusia. Peningkatan kualitas relasi antar masyarakat perlu ditingkatkan. Pada titik inilah PMII bisa mengambil peran meskipun hanya di segmentasi kalangan muda.

Pembangunan manusia merupakan upaya mengatasi ketimpangan pembangunan yang menghasilkan kemiskinan dan pengangguran, pelanggaran HAM, dan kekerasan komunal beradasar ikatan primordial maupun agama yang masih marak di banyak negara ASEAN. Oleh karena itulah, fokus ASEAN Youth Assembly, selain mengangkat tema besar ASEAN Community, pada peningkatan partisipasi pemuda dalam perdamaian dan pembangunan ekonomi di kawasan.

Apakah PMII bisa mewujudkannya? Terdapat juga stakeholder di pemerintahan yang sangsi bahwa PMII sanggup melaksanakan dan bahkan menyarankan untuk bekerja sama dengan organisasi sejenis lainnya. Bagi penulis, itu hanya pendapat minor mengingat sebagian besar stakeholder pemerintah lainnya justru mengapresiasi langkah PMII yang sebelumnya tidak dipikirkan oleh mereka dalam relasi people to people menyongsong ASEAN Community.

Sepengamatan penulis, PMII sudah siap memenangkan war of position di tingkat ASEAN. Tinggal kemudian, bagaimana pertemuan itu ditindaklanjuti dengan kerangka operasional lanjutan yang cerdas dengan diiringi pembangunan kapasitas institusi maupun kader PMII.

Penulis tentu berharap besar kegiatan yang dikomandoi oleh sahabat Muhamad Zaid, Sekretaris Bidang Hubungan Internasional PB PMII, dapat terlaksana. Lebih dari itu, tujuan ideal dan pragmatisnya yang tidak dapat diungkap oleh penulis pada tulisan ini, dapat tercapai dengan sempurna. Bukan begitu?


Oleh: Dwi Winarno (Ketua PB PMII)
Share this article :

0 comments:

Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.

Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah

 
||
||
PCNU KOTA BALIKPAPAN - KALIMANTAN TIMUR © 2013-2014 | ALL RIGHT RESERVED
Supported : Madinatul Iman Media Group and Maskoli