WONOSOBO - Hadlaratussyaikh KH Hasyim Asy'ari menerapkan prinsip tawassuth (moderasi) dalam lingkup yang amat luas. Lebih dari sekadar urusan ubudiyah, pendiri dan Rais Akbar NU ini juga moderat di bidang ekonomi dan kemasyarakatan.
Pandangan ini disampaikan Ketua PBNU Prof Maksum Mahfudh dalam Diklat Muharrik Masjid yang digelar Lembaga Ta'mir Masjid NU (LTMNU) bersama Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU di Kecamatan Mojo Tengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (31/5) malam.
"Hadratussyaikh menganut tawassutiyah yang tidak hanya urusan tahlil dan rakaat tarawih saja tapi juga urusan sosial, urusan ekonomi," tegasnya.
Kenyataan ini, menurut Maksum, dibuktikan misalnya dengan komitmen Mbah Hasyim bersama kiai-kiai NU lain untuk mendirikan koperasi melalui Nahdlatut Tujjar. Asas kekeluargaan dalam kerja sama ekonomi (syirkah mu'awanah) mencerminkan penolakannya terhadap liberalisme yang serba membolehkan.
Guru besar Universitas Gajah Mada ini menambahkan, NU hingga sekarang berada dalam tantangan dua kutub ekstrem, antara menjadi kelompok kiri yang liberal atau kanan yang sangat kolot. Sebagaimana Mbah Hasyim, lanjut Maksum, NU mesti melanjutkan teladan itu demi keberpihakannya kepada rakyat banyak.
Di hadapan sekurangnya 50 pengurus NU, Maksum juga mengajak Nahdliyin untuk memfungsikan masjid sebagai motor pengembangan ekonomi, pendidikan, dakwah, dan pelayanan kesehatan. Ia menyayangkan tidak seimbangnya perhatian masalah ritual ibadah dengan persoalan mu'amalah (hubungan sosial).
"Kita kadang masih pilih kasih. Di bidang keilmuan, kita bisa membahas kebolehan wudhu dengan air kelapa panjang lebar. Tapi urusan buyu' (perdagangan/pasar) jarang sekali," tuturnya.
Penulis: Mahbib Khoiron
Pandangan ini disampaikan Ketua PBNU Prof Maksum Mahfudh dalam Diklat Muharrik Masjid yang digelar Lembaga Ta'mir Masjid NU (LTMNU) bersama Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU di Kecamatan Mojo Tengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (31/5) malam.
"Hadratussyaikh menganut tawassutiyah yang tidak hanya urusan tahlil dan rakaat tarawih saja tapi juga urusan sosial, urusan ekonomi," tegasnya.
Kenyataan ini, menurut Maksum, dibuktikan misalnya dengan komitmen Mbah Hasyim bersama kiai-kiai NU lain untuk mendirikan koperasi melalui Nahdlatut Tujjar. Asas kekeluargaan dalam kerja sama ekonomi (syirkah mu'awanah) mencerminkan penolakannya terhadap liberalisme yang serba membolehkan.
Guru besar Universitas Gajah Mada ini menambahkan, NU hingga sekarang berada dalam tantangan dua kutub ekstrem, antara menjadi kelompok kiri yang liberal atau kanan yang sangat kolot. Sebagaimana Mbah Hasyim, lanjut Maksum, NU mesti melanjutkan teladan itu demi keberpihakannya kepada rakyat banyak.
Di hadapan sekurangnya 50 pengurus NU, Maksum juga mengajak Nahdliyin untuk memfungsikan masjid sebagai motor pengembangan ekonomi, pendidikan, dakwah, dan pelayanan kesehatan. Ia menyayangkan tidak seimbangnya perhatian masalah ritual ibadah dengan persoalan mu'amalah (hubungan sosial).
"Kita kadang masih pilih kasih. Di bidang keilmuan, kita bisa membahas kebolehan wudhu dengan air kelapa panjang lebar. Tapi urusan buyu' (perdagangan/pasar) jarang sekali," tuturnya.
Penulis: Mahbib Khoiron
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah