KUDUS - Negara berhutang budi kepada Nahdlatul Ulama. Karena NU selalu
mengedepankan toleransi atau jalan tengah untuk mempertahankan negara
kesatuan Repuplik Indonesia (NKRI).
Demikian disampaikan Ketua
Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) H Ali
Masykur Musa dalam acara pelantikan Pimpinan Cabang ISNU Kabupaten Kudus
di Hotel Gryptha, Ahad (22/9).
Ali Masykur mengatakan sejarah
bangsa Indonesia mencatat Nahdlatul Ulama berperan penting dalam
konstitusi negara. Dicontohkan, Nahdlatul Ulama turut andil mengisi
perjalanan bangsa seperti perumusan Pancasila, Resolusi Jihad,
Kosntituante, Waliyyul Amri dan penetapan final dasar negara.
“Dari
sini, NU selalu tampil di depan dalam mempertahankan kedaulatan dan
kebangsaan negara,” tegas Ali Masykur yang juga anggota BPK RI ini.
Tetapi
sekarang ini, menurutnya, kedaulatan bangsa Indonesia baik ekonomi
maupun politik sedang di persimpangan jalan. Karenanya, semua komponen
NU harus mengambil peran untuk mengembalikan etos kebangsaan.
Orang NU harus selalu mengedepankan kebangsaan dan keagamaan. Darah kita merah tetapi hati kita suci, imbuhnya.
Terkait
nasionalisme, Ali Masykur menegaskan NU tidak pernah mendikotomikan
paham kebangsaan dan keagamaan. Indonesia bukan negara sekuler dan juga
bukan negara agama sehingga keduanya sangat beriringan atau senafas.
Seandainya
paradigma orang NU tidak mampu memadukan kebangsaan dan keagamaan sudah
dipastikan balkanisasi (perpecahan negara) akan terjadi di Indonesia,
tegasnya.
Di samping permasalahan kedaulatan, katanya, bangsa
Indonesia dihadapkan pada permasalahan runtuhnya kohesitas dengan
hilangnya sikap toleransi. Indonesia dahulu dikenal sebagai negara
peramah namun sekarang pemarah.
Melihat hal itu, NU harus
mengembalikan sikap khittah sosialnya yang ta‘awun, jalan tengah, dan
penuh keseimbangan, katanya lagi.
Di depan ratusan kader,
pengurus NU, dan ISNU, Ali Masykur menyatakan cara dakwah NU harus
mengambil yang lebih maju. Di dalam amar ma’ruf, NU sebaiknya tidak
hanya mengandalkan halaqoh melainkan dengan harakah.
Masyarakat
sekarang sudah berubah sehingga kita harus aktif. Jadikan aswaja
sebagai paradigma yang hidup bermasyarakat bukan hanya menjadi sejarah,
tambahnya. (Qomarul Adib/Alhafiz K)
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah