JEMBER - Warga NU tidak pernah mempersoalkan perbedaan. Sebab, perbedaan
adalah sunnatullah. Namun warga NU tidak rela jika ada pihak-pihak yang
sengaja menabrak peraturan dan kemapanan dalam Islam, lebih-lebih dalam
NU. Sebab, hal itu akan memicu terjadinya konflik horisontal.
Demikian diungkapkan Ketua PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan sambutan dalam acara “Sosialisasi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 55/2102 tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur” di Pesantren Darul Arifin, Desa Curahkalong, Bangsalsari, Jember, Selasa (4/6).
Menurut Gus Aab–sapaan akrabnya—terjadinya konflik berlatar belakang keagamaan, karena ada pihak-pihak yang merasa benar sendiri dan memaksakan kehendaknya, sehingga tidak mempedulikan kebenaran dan keyakinan yang dimiliki orang lain.
“NU tidak mempersoalkan perbedaan, tapi jangan coba-coba diganggu,” ingatnya.
Gus Aab menambahkan, tensi konflik di Jawa Timur cukup tinggi. Di Jember, katanya, potensi konflik cukup besar seperti yang terjadi di Puger dan Sumbersari. Kendati demikian, Gus Aab mengaku bersyukur karena para kiai dan tokoh ormas selalu bersatu dan kompak sehingga konflik bisa diatasi.
“NU, MUI, Muhammadiah dan sebagainya selalu siap turun lapangan untuk menyelesaikan konflik yang ada,” ungkapnya seraya mengungkapkan bahwa terbitnya Pergub Nomor 55/2012 sengat membantu mengantisipasi terjadinya konflik keagamaan.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menegaskan, pihaknya tidak mentolerir pihak-pihak yang berusaha membikin keruh Jawa Timur dengan kegiatan-kegiatan sesatnya.
“Sebelum Pergub itu terbit, saya berkonsultasi dulu dengan para kiai dan MUI Jawa Timur. Hasilnya ya itu (Pergub 55/2012),” tukasnya saat memberikan sambutan.
Demikian diungkapkan Ketua PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan sambutan dalam acara “Sosialisasi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 55/2102 tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur” di Pesantren Darul Arifin, Desa Curahkalong, Bangsalsari, Jember, Selasa (4/6).
Menurut Gus Aab–sapaan akrabnya—terjadinya konflik berlatar belakang keagamaan, karena ada pihak-pihak yang merasa benar sendiri dan memaksakan kehendaknya, sehingga tidak mempedulikan kebenaran dan keyakinan yang dimiliki orang lain.
“NU tidak mempersoalkan perbedaan, tapi jangan coba-coba diganggu,” ingatnya.
Gus Aab menambahkan, tensi konflik di Jawa Timur cukup tinggi. Di Jember, katanya, potensi konflik cukup besar seperti yang terjadi di Puger dan Sumbersari. Kendati demikian, Gus Aab mengaku bersyukur karena para kiai dan tokoh ormas selalu bersatu dan kompak sehingga konflik bisa diatasi.
“NU, MUI, Muhammadiah dan sebagainya selalu siap turun lapangan untuk menyelesaikan konflik yang ada,” ungkapnya seraya mengungkapkan bahwa terbitnya Pergub Nomor 55/2012 sengat membantu mengantisipasi terjadinya konflik keagamaan.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menegaskan, pihaknya tidak mentolerir pihak-pihak yang berusaha membikin keruh Jawa Timur dengan kegiatan-kegiatan sesatnya.
“Sebelum Pergub itu terbit, saya berkonsultasi dulu dengan para kiai dan MUI Jawa Timur. Hasilnya ya itu (Pergub 55/2012),” tukasnya saat memberikan sambutan.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Aryudi A Razaq
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah