Headlines News :
Home » » Apa Orang NU Mau Berkhianat kepada Hadrotus Syaikh KH Hasyim Asy'ari?

Apa Orang NU Mau Berkhianat kepada Hadrotus Syaikh KH Hasyim Asy'ari?

PURWAKARTA - Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F. Mas’udi mengatakan, pada zaman Hadrotuys Syekh KH Hasyim Asy’ari gerakan Islam anti-tradisi sudah ada dan “merembes” ke Indonesia, tapi pusatnya masih di Makkah. Mereka adalah kelompok Wahabi. Gerakannya yang paling kentara adalah memberangus halaqah-halaqah pengkajian Islam di pojok-pojok masjid.

“Begitu Wahabi berkuasa, mazhab diberangus,” katanya pada Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Lembaga Ta’mir Masjid NU Kabupaten Purwakarta, di Pondok Pesantren Assalam, Ahad, (7/4).

Tidak hanya itu, mereka akan menghancurkan makam Nabi Muhammad SAW. Umat Islam Indonesia resah dengan kebijakan Wahabi tersebut. Kiai-kiai NU dibawah komando KH Hasyim Asy’ari membentuk Komite Hijaz. Isinya meminta supaya makam Nabi dan tempat bersejarah jangan dihancurkan.

Alasannya, karena tempat itu adalah atsar (petilasan) yang menyambung kesadaran beragama dengan sejarah. Bagi orang Ahlussunah wal-Jamaah sangat penting. Alasan kedua, kebebasan bermazhab juga harus dilestarikan dalam kajian halaqah-halaqah di masjid Al-Haram dan Nabawi.

Permintaan kiai-kiai NU itu hanya satu yang dikabulkan, yaitu tidak menghancurkan makam Nabi. Dengan demikian, jika umat Islam dunia melihat makam Nabi, itulah perjuangan orang NU. Perjuangan monumental dunia Islam tahun 1924.

“Nah, sekarang, Wahabi itu sudah ada di kanan kiri kita, dan sudah menendang-nendang pantat kita,” kata Kiai Masdar.

Maksudnya, mereka sudah merebut masjid-masjid yang didirikan dan dikelola warga NU Jika orang NU membiarkan mereka seperti itu, berarti berkhianat kepada perjuangan kiai-kiai NU dibawah komando KH Hasyim Asy’ari. “Apa kita mau dikatakan berkhianat kepada Hadrotusy Syekh?” tanyanya, “tentu saja tidak mau.”

Khutbah Harus Merespon Masyarakat Setempat

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM NU) KH Abdul Manan A.  Ghani mengatakan supaya khutbah jumat di masjid-masjid NU harus menyesuaikan dengan keadaan jamaah atau masyarakat setempat.

Hal itu dikatakan Kiai Manan pada Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) ta’mir masjid, khotib, dan imam masjid yang  digelar LTMNU Kabupaten Purwakarta pada Ahad, (7/4).

“Khutbah harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat Purwakarata supaya bisa dicerap. Harus merespon kebutuhan masyarakat,” katanya pada Rapimda bertema "Wujudkan masjid sebagai pusat pemberdayaan umat".

Ia juga menekankan kesadaran berbahasa. Jika di tempat tersebut seluruh jamaah menggunakan bahasa Sunda, maka khotib harus menggunakan bahasa Sunda. Jika campur, harus menggunakan bahasa Indonesia.

Di samping itu, ia juga berpesan supaya khotib NU jangan lama-lama dalam berkhotbah pada shalat Jumat.

Rapimda tersebut dihadiri  250 orang yang terdiri dari imam, khotib, dan ta’mir masjid NU; terselenggara atas kerjasama antara PC LTMNU Kabupaten Purwakarta, PP LTMNU, dan PT Sinde Budi Sentosa.

Sumber : NU Online


Share this article :

0 comments:

Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.

Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah

 
||
||
PCNU KOTA BALIKPAPAN - KALIMANTAN TIMUR © 2013-2014 | ALL RIGHT RESERVED
Supported : Madinatul Iman Media Group and Maskoli