JEMBER - Konflik berujung bentrokan berdarah di Desa Puger Kulon, Kecamatan
Puger, Jember yang mengakibatkan satu orang meninggal, mendapat
perhatian dari Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur
KH. Mutawakkil Alallah.
Pengasuh Pesantren Genggong, Kraksaan, Probolingo ini langsung mengunjungi rumah duka di Puger Kulon, Kamis dini hari (12/9). Diantar Sekretaris PCNU Jember, KH. Misbahussalam, Kiai Mutawakkil, menyatakan ikut berbela sungkawa. Selain itu ia sempat menggelar tahlilan di rumah duka.
Tidak banyak keterangan yang keluar dari lisan sang Kiai Mutawakkil, kecuali hanya himbauan agar semua pihak tenang dan tidak terpancing provokasi serta tidak boleh dendam. “Tidak perlu dendam. Tapi ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak, termasuk kepolisian,” tukasnya kepada sejumlah wartawan di Puger.
Pengasuh Pesantren Genggong, Kraksaan, Probolingo ini langsung mengunjungi rumah duka di Puger Kulon, Kamis dini hari (12/9). Diantar Sekretaris PCNU Jember, KH. Misbahussalam, Kiai Mutawakkil, menyatakan ikut berbela sungkawa. Selain itu ia sempat menggelar tahlilan di rumah duka.
Tidak banyak keterangan yang keluar dari lisan sang Kiai Mutawakkil, kecuali hanya himbauan agar semua pihak tenang dan tidak terpancing provokasi serta tidak boleh dendam. “Tidak perlu dendam. Tapi ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak, termasuk kepolisian,” tukasnya kepada sejumlah wartawan di Puger.
Di tempat yang sama, KH. Misbahussalam menyatakan bahwa PCNU Jember
akan segera mengadakan rapat untuk mencari jalan keluar dari perseteruan
yang telah berlangsung cukup lama itu.
Menurutnya, bentrokan itu bisa dihindari jika masing-masing pihak bisa menahan diri dan tidak terprovokasi satu sama lain. “Kuncinya saling menghormati satu sama lain. Masak dengan sesama Islam tidak rukun. Wong dengan umat nonmuslim kita damai,” ujarnya.
Menurutnya, bentrokan itu bisa dihindari jika masing-masing pihak bisa menahan diri dan tidak terprovokasi satu sama lain. “Kuncinya saling menghormati satu sama lain. Masak dengan sesama Islam tidak rukun. Wong dengan umat nonmuslim kita damai,” ujarnya.
Kiai Misbah menambahkan, aroma bentrokan itu sebenarnya sudah tercium
beberapa hari sebelum kejadian. Sebab, salah satu pihak, mengajukan
izin kepada aparat untuk menggelar karnaval. Namun aparat tidak
memberikan izin karena khawatir ditolak atau mendapat perlawanan dari
kelompok yang kontra syi’ah.
“Tapi nyatanya mereka ngotot karnaval, bahkan barikade polisi diterobos. Akhirnya terjadilah peristiwa itu,” tukasnya.
“Tapi nyatanya mereka ngotot karnaval, bahkan barikade polisi diterobos. Akhirnya terjadilah peristiwa itu,” tukasnya.
Sementara itu, MUI Jember masih terus mengadakan pendalaman terhadap
kasus itu. Menurut Wakil Ketua MUI Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin,
pihaknya masih mencari tahu secara detil penyebab timbulnya kerusuhan
berdarah itu. “Apakah ini murni konflik internal (di Puger), ataukah
memang jangan-jangan ada intervensi dan provokasi dari luar," katanya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah