JOMBANG - Masing-masing media baik cetak maupun elektronik memiliki segmen
pembaca yang berbeda. Untuk menjadi majalah yang berkualitas, hal
pertama harus diselesaikan adalah sistem manajemen perusahaan.
Beberapa catatan muncul pada rapat koordinasi antara pengurus harian, Lajnah Ta’lif wan Nasr (LTN) serta crew majalah "Nahdlah” PCNU Jombang. Pertemuan ini berlangsung di Kantor PCNU Jombang, Jalan Gatot Subroto No 4 (27/3).
PCNU Jombang lewat LTN telah memiliki majalah yang sudah lama terbit bernama “Nahdlah”. Majalah ini menjadi mediator kegiatan dan kebijakan NU yang berkaitan dengan jamaah maupun jam’iyah atau organisasi. Namun dalam perjalanannya, Nahdlah tidak bisa terbit lagi seperti periode sebelumnya. Hal ini terjadi karena sejumlah persoalan yang melilit media ini.
Dalam paparannya, Muslimin Abdilla yang juga Sekretaris PCNU Jombang menandaskan bahwa sudah selayaknya media seperti Nahdlah dikerjakan dengan profesional.
“Dalam struktur memang berada di bawah koordinasi LTN yang tentu saja NU berada di atasnya,” katanya. Namun dalam operasional, media tersebut tidak akan mengikuti suksesi kepemimpinan di PCNU atau LTN.
“Sehingga kalaupun ada perubahan kepengurusan di NU atau LTN, tidak serta merta akan mengganti para personil di majalah ini,” lanjutnya.
Karena itu, sudah selayaknya Majalah Nahdlah mulai memikirkan pola kerja profesional dengan mempertimbangkan beberapa potensi, kekurangan, peluang dan tantangan yang dimiliki.
Ketua LTN, K Sholihuddin menyadari bahwa selama ini pengelolaan Majalah Nahdlah hanya sekedar bisa diterbitkan.
“Kita tidak mampu memikirkan distribusi apalagi mengambil hasil dari media ini,” katanya. Padahal beberapa kalangan sudah memberikan kemudahan dan kesempatan agar majalah bisa berkembang dan dijual sebagaimana layaknya media yang lain.
“Namun itulah keterbatasan yang kami miliki,” katanya.
Oleh karena itu, Gus Sholih, sapaan akrabnya sangat berterimakasih atas perhatian dari PCNU Jombang untuk memikirkan masa depan majalah yang sudah banyak dinanti warga kota santri ini.
Pada diskusi terbatas tersebut hadir pula praktisi media, Mas Robet yang memberikan gambaran bagaimana memulai bisnis media dari awal sekalipun. Layouter di sejumlah media ini juga berharap agar Majalah Nahdlah bisa survive bersaing dengan media lain.
Beberapa catatan muncul pada rapat koordinasi antara pengurus harian, Lajnah Ta’lif wan Nasr (LTN) serta crew majalah "Nahdlah” PCNU Jombang. Pertemuan ini berlangsung di Kantor PCNU Jombang, Jalan Gatot Subroto No 4 (27/3).
PCNU Jombang lewat LTN telah memiliki majalah yang sudah lama terbit bernama “Nahdlah”. Majalah ini menjadi mediator kegiatan dan kebijakan NU yang berkaitan dengan jamaah maupun jam’iyah atau organisasi. Namun dalam perjalanannya, Nahdlah tidak bisa terbit lagi seperti periode sebelumnya. Hal ini terjadi karena sejumlah persoalan yang melilit media ini.
Dalam paparannya, Muslimin Abdilla yang juga Sekretaris PCNU Jombang menandaskan bahwa sudah selayaknya media seperti Nahdlah dikerjakan dengan profesional.
“Dalam struktur memang berada di bawah koordinasi LTN yang tentu saja NU berada di atasnya,” katanya. Namun dalam operasional, media tersebut tidak akan mengikuti suksesi kepemimpinan di PCNU atau LTN.
“Sehingga kalaupun ada perubahan kepengurusan di NU atau LTN, tidak serta merta akan mengganti para personil di majalah ini,” lanjutnya.
Karena itu, sudah selayaknya Majalah Nahdlah mulai memikirkan pola kerja profesional dengan mempertimbangkan beberapa potensi, kekurangan, peluang dan tantangan yang dimiliki.
Ketua LTN, K Sholihuddin menyadari bahwa selama ini pengelolaan Majalah Nahdlah hanya sekedar bisa diterbitkan.
“Kita tidak mampu memikirkan distribusi apalagi mengambil hasil dari media ini,” katanya. Padahal beberapa kalangan sudah memberikan kemudahan dan kesempatan agar majalah bisa berkembang dan dijual sebagaimana layaknya media yang lain.
“Namun itulah keterbatasan yang kami miliki,” katanya.
Oleh karena itu, Gus Sholih, sapaan akrabnya sangat berterimakasih atas perhatian dari PCNU Jombang untuk memikirkan masa depan majalah yang sudah banyak dinanti warga kota santri ini.
Pada diskusi terbatas tersebut hadir pula praktisi media, Mas Robet yang memberikan gambaran bagaimana memulai bisnis media dari awal sekalipun. Layouter di sejumlah media ini juga berharap agar Majalah Nahdlah bisa survive bersaing dengan media lain.
“Kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, saya yakin majalah ini akan berkembang,” katanya.
Diskusi ini masih akan berlanjut untuk mematangkan berbagai hal teknis dalam pengelolaan majalah. Bahkan, pada pertemuan mendatang akan menghadirkan narasumber dari pegiat media serupa.
“Kita berharap, akan banyak masukan berharga yang bisa diraih,” lanjutnya.
Diskusi ini masih akan berlanjut untuk mematangkan berbagai hal teknis dalam pengelolaan majalah. Bahkan, pada pertemuan mendatang akan menghadirkan narasumber dari pegiat media serupa.
“Kita berharap, akan banyak masukan berharga yang bisa diraih,” lanjutnya.
Sumber : NU Online
Foto : Ilustrasi
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah