PURBALINGGA - Ketua PWNU Jawa Tengah Prof Dr. Abu Hafsin, MA mengatakan, merongrong NU
sama dengan merongrong Indonesia. Ia mengatakan hal itu pada pembukaan
Konfercab NU Purbalingga, di Pondok Pesantren Darul Islah Padamara
Purbalingga, pada Sabtu, (29/30).
Menurutnya, sangat disayangkan sekali kalau hari ini banyak sekali upaya untuk merongrong NU dengan segala macam cara, “Merongrong NU sama saja menghancurkan NKRI, karena NKRI bagi NU adalah harga mati,” ungkapnya.
Abu Hafsin menceritakan bahwa Pak Harto yang memusuhi Gus Dur dan NU pada saat Muktamar di Cipasung, Jawa Barat saja mengakui bahwa sumbangan besar ke NKRI adalah karena pemahaman keagamaan NU yang mampu menjaga stabilitas negara.
NU dan negara, tambah dia, selalu bersinergi membangun negara. Sehingga ia sangat berharap PCNU dan Pemda Purbalingga dapat berjalan seiring dalam membangun masyarakat Purbalingga.
"Purbalingga itu kandang Marhaen. Sedangkan Marhaen dan NU mirip karena memiliki massa di pedesaan dan menghormati local wisdom, dan model pemahaman keagamaan NU sudah Mujarrob dan teruji mampu meredam konflik horisontal khususnya di Purbalingga", sambungnya.
Warga NU harus selalu mengingat bahwa nasionalisme sudah muncul sejak lama dan difatwakan di muktamar 1939 di Banjarmasin. Satu contoh yang dapat diambil adalah dari film Sang Kiai, dimana Mbah Hasyim Asyari ; selalu menggandeng nasionalisme dan agama secara erat hingga wafat.
"Pada dasarnya Islam yang universal dengan Islam Indonesia sama dengan Islam NU,” ungkapnya.
Namun demikian, ia berpesan masih banyak PR NU terutama bidang pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Di bidang ini NU selalu kalah dari kelompok lain, meskipun banyak kelompok lain sudah melakukan tiruan gerakan kultural NU dan tradisi NU yang tidak tertandingi. Meski agak sedikit berbeda.
Sementara, Drs Ahmad Khatib, M.Pd, selaku Ketua PCNU Purbalingga definitif berpesan kepada pengurus yang akan datang agar selalu menerapkan pola collective collegial, ringan sama dijinjing berat sama dipikul, sehingga roda organisasi dapat berjalan lebih baik dan agar stabilisas organisasi NU dapat terjaga martabatnya.
Sedangkan Bupati Purbalingga,Drs. Heru Sujatmoko, M.Si menyebutkan bahwa sumbangan besar NU untuk Purbalingga adalah ikut menjaga kerukunan masyarakat Purbalingga dan membawa situasi yang sejuk.
Karena, kata dia, sifat gerakan keagamaan NU yang moderat. Kalau Islam Indonesia adalah Islam NU niscaya NKRI menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. “Sinergitas NU dan Pemda sangat diharapkan terus berlanjut,” harapnya.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Hafidz Ismail
Menurutnya, sangat disayangkan sekali kalau hari ini banyak sekali upaya untuk merongrong NU dengan segala macam cara, “Merongrong NU sama saja menghancurkan NKRI, karena NKRI bagi NU adalah harga mati,” ungkapnya.
Abu Hafsin menceritakan bahwa Pak Harto yang memusuhi Gus Dur dan NU pada saat Muktamar di Cipasung, Jawa Barat saja mengakui bahwa sumbangan besar ke NKRI adalah karena pemahaman keagamaan NU yang mampu menjaga stabilitas negara.
NU dan negara, tambah dia, selalu bersinergi membangun negara. Sehingga ia sangat berharap PCNU dan Pemda Purbalingga dapat berjalan seiring dalam membangun masyarakat Purbalingga.
"Purbalingga itu kandang Marhaen. Sedangkan Marhaen dan NU mirip karena memiliki massa di pedesaan dan menghormati local wisdom, dan model pemahaman keagamaan NU sudah Mujarrob dan teruji mampu meredam konflik horisontal khususnya di Purbalingga", sambungnya.
Warga NU harus selalu mengingat bahwa nasionalisme sudah muncul sejak lama dan difatwakan di muktamar 1939 di Banjarmasin. Satu contoh yang dapat diambil adalah dari film Sang Kiai, dimana Mbah Hasyim Asyari ; selalu menggandeng nasionalisme dan agama secara erat hingga wafat.
"Pada dasarnya Islam yang universal dengan Islam Indonesia sama dengan Islam NU,” ungkapnya.
Namun demikian, ia berpesan masih banyak PR NU terutama bidang pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Di bidang ini NU selalu kalah dari kelompok lain, meskipun banyak kelompok lain sudah melakukan tiruan gerakan kultural NU dan tradisi NU yang tidak tertandingi. Meski agak sedikit berbeda.
Sementara, Drs Ahmad Khatib, M.Pd, selaku Ketua PCNU Purbalingga definitif berpesan kepada pengurus yang akan datang agar selalu menerapkan pola collective collegial, ringan sama dijinjing berat sama dipikul, sehingga roda organisasi dapat berjalan lebih baik dan agar stabilisas organisasi NU dapat terjaga martabatnya.
Sedangkan Bupati Purbalingga,Drs. Heru Sujatmoko, M.Si menyebutkan bahwa sumbangan besar NU untuk Purbalingga adalah ikut menjaga kerukunan masyarakat Purbalingga dan membawa situasi yang sejuk.
Karena, kata dia, sifat gerakan keagamaan NU yang moderat. Kalau Islam Indonesia adalah Islam NU niscaya NKRI menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. “Sinergitas NU dan Pemda sangat diharapkan terus berlanjut,” harapnya.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Hafidz Ismail
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah