CIREBON - Aksi pengrusakan makam Kiai Ageng Prawiropurbo atau biasa disebut Ndoro
Purbo di Jl Kusumanegara, Yogyakarta, telah menodai nilai-nilai luhur
agama Islam serta mencoreng ukhuwah wathoniah (persaudaraan sebangsa).
Demikian disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Majalengka, KH Maman Imanulhaq di Cirebon, Kamis (19/9).
“Saya mengajak kelompok tersebut (yang merusak, red) untuk melihat realitas budaya masyarakat dan membuka seluruh teks-teks keagamaan (Islam) lalu dengan rendah hati serta jujur mengakui bahwa perusakan makam itu telah menodai nilai-nilai luhur agama Islam serta mencoreng ukhuwah wathoniah,” ujar Maman, yang juga Majelis Nasional ANBTI, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika.
Kaum Muslimin di berbagai belahan dunia memiliki tradisi ziarah ke makam sebagai penghormatan dan bukan sebagai kegiatan musyrik yang berlawanan dengan aqidah Islam. Tradisi yang telah menjadi budaya itu harus dihormati dan sekaligus didukung sebagai rasa cinta kepada leluhur.
Ziarah ke makam, menurutnya, merupakan kearifan lokal yang mampu menguatkan pertautan batin sesama manusia (‘alaqoh ruh). Lebih dari itu, mereka yang melakukan ziarah bisa mengambil pelajaran dari perilaku dan tauladan yang dilakukan para pendahulu atau tokoh yang diziarahi. Tradisi itu juga sebagai bentuk dzikir yaitu mengingatkan mereka yang masih hidup suatu saat akan kembali kepada Sang Pencipta.
Penghancuran makam di Yogya oleh kelompok bercadar yang tidak bertanggung jawab tidak mewakili paham Islam yang humanis dan menghargai tradisi lokal. Mereka adalah kelompok yang memiliki pemahaman Islam yang sangat dangkal, ahistoris dan tidak menerima kenyataan yang ada bahwa Islam tumbuh dalam suatu tradisi Indonesia yang pluralistik.
Indonesia telah memiliki sejarah percobaan penghancuran Candi Borobudur yang adalah candi terbesar warisan dunia dan memberikan kebangsaan Indonesia. “Jika bangsa Indonesia sendiri tidak dapat menghargai warisan budaya dari para pendahulunya dengan alasan musyrik, lalu warisan apa yang dapat diberikan kepada generasi mendatang,” ujarnya. (Ahmad Rosyidi/Anam)
Demikian disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Majalengka, KH Maman Imanulhaq di Cirebon, Kamis (19/9).
“Saya mengajak kelompok tersebut (yang merusak, red) untuk melihat realitas budaya masyarakat dan membuka seluruh teks-teks keagamaan (Islam) lalu dengan rendah hati serta jujur mengakui bahwa perusakan makam itu telah menodai nilai-nilai luhur agama Islam serta mencoreng ukhuwah wathoniah,” ujar Maman, yang juga Majelis Nasional ANBTI, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika.
Kaum Muslimin di berbagai belahan dunia memiliki tradisi ziarah ke makam sebagai penghormatan dan bukan sebagai kegiatan musyrik yang berlawanan dengan aqidah Islam. Tradisi yang telah menjadi budaya itu harus dihormati dan sekaligus didukung sebagai rasa cinta kepada leluhur.
Ziarah ke makam, menurutnya, merupakan kearifan lokal yang mampu menguatkan pertautan batin sesama manusia (‘alaqoh ruh). Lebih dari itu, mereka yang melakukan ziarah bisa mengambil pelajaran dari perilaku dan tauladan yang dilakukan para pendahulu atau tokoh yang diziarahi. Tradisi itu juga sebagai bentuk dzikir yaitu mengingatkan mereka yang masih hidup suatu saat akan kembali kepada Sang Pencipta.
Penghancuran makam di Yogya oleh kelompok bercadar yang tidak bertanggung jawab tidak mewakili paham Islam yang humanis dan menghargai tradisi lokal. Mereka adalah kelompok yang memiliki pemahaman Islam yang sangat dangkal, ahistoris dan tidak menerima kenyataan yang ada bahwa Islam tumbuh dalam suatu tradisi Indonesia yang pluralistik.
Indonesia telah memiliki sejarah percobaan penghancuran Candi Borobudur yang adalah candi terbesar warisan dunia dan memberikan kebangsaan Indonesia. “Jika bangsa Indonesia sendiri tidak dapat menghargai warisan budaya dari para pendahulunya dengan alasan musyrik, lalu warisan apa yang dapat diberikan kepada generasi mendatang,” ujarnya. (Ahmad Rosyidi/Anam)
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah