CIREBON - Banyak penceramah menyampaikan bahwa kata “fitrah” disasarkan pada
makna bersih, suci, bahkan kosong, sehingga pribadi yang berhasil
menunaikan kewajiban dan amalan-amalan selama bulan Ramadhan akan
menjadi bersih saat tiba di hari kemenangan, padahal makna fitrah
seperti yang dikatakan para ulama terdahulu adalah kembalinya manusia
pada asal penciptaannya.
Demikian disampakan KH Luthfi Fuad Hasyim, salah satu pengasuh pesantren Buntet Cirebon, saat memberikan ceramah agama dalam malam peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Raya At-Taqwa Kotamadya Cirebon. Kamis (25/7).
“Selama ini fitrah diartikan sebagai sesuatu yang bersih, tidak memiliki apa-apa, seperti layaknya bayi yang baru lahir, tapi jika merujuk pada riwayat para ulama terdahulu, fitrah berarti kembalinya manusia kepada jati diri dan asal penciptaannya,” ungkap Kiai Luthfi.
Lebih lanjut, Kiai Luthfi mengutip hadits riwayat Imam Bukhori yang di dalamnya Rasulullah menyebutkan bahwa "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Menurutnya, fitrah yang dimaksud adalah asal penciptaan manusia, dan asal penciptaan manusia yang dimaksud adalah sebagaimana status yang disandang Nabi Ibrahim sebagai hanif (lurus, benar). Sehingga selepasnya manusia mengerjakan kewajiban berpuasa Ramadhan, ia akan kembali berikhtiar untuk hidup lurus dan benar serta tetap memperbanyak ibadah selayaknya selama bulan Ramadhan.
“Jadi, Idul Fitri itu bukan final atau batas kita beribadah karena sudah merasa bersih dari dosa, namun semestinya Ramadhan dijadikan sebagai medan latihan untuk terbiasa melakukan banyak amal ibadah, terlebih di bulan Ramadhan ini, sejarah mencatat bahwa Allah Swt telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw sebagai panduan kita semua untuk terus berjalan lurus,” lanjut sosok yang juga putra almarhum Kiai Fuad Hasyim tersebut.
Acara peringatan malam Nuzulul Qur’an ini dihadiri oleh ribuan jamaah yang terdiri dari warga kota Cirebon dan sekitarnya. Pada mulanya, acara yang terselenggara berkat kerjasama Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) At-Taqwa Kotamadya Cirebon dengan PT Berkah Pikiran Rakyat ini rencananya juga akan menghadirkan Habib Luthfi bin Yahya, rais syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), namun di tengah acara panitia mendapatkan konfirmasi bahwa ulama dari Pekalongan Jawa Tengah tersebut berhalangan hadir karena terjebak macet di jalur alternatif Pejagan, Tegal saat hendak mengarah ke kota Cirebon.
Demikian disampakan KH Luthfi Fuad Hasyim, salah satu pengasuh pesantren Buntet Cirebon, saat memberikan ceramah agama dalam malam peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Raya At-Taqwa Kotamadya Cirebon. Kamis (25/7).
“Selama ini fitrah diartikan sebagai sesuatu yang bersih, tidak memiliki apa-apa, seperti layaknya bayi yang baru lahir, tapi jika merujuk pada riwayat para ulama terdahulu, fitrah berarti kembalinya manusia kepada jati diri dan asal penciptaannya,” ungkap Kiai Luthfi.
Lebih lanjut, Kiai Luthfi mengutip hadits riwayat Imam Bukhori yang di dalamnya Rasulullah menyebutkan bahwa "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Menurutnya, fitrah yang dimaksud adalah asal penciptaan manusia, dan asal penciptaan manusia yang dimaksud adalah sebagaimana status yang disandang Nabi Ibrahim sebagai hanif (lurus, benar). Sehingga selepasnya manusia mengerjakan kewajiban berpuasa Ramadhan, ia akan kembali berikhtiar untuk hidup lurus dan benar serta tetap memperbanyak ibadah selayaknya selama bulan Ramadhan.
“Jadi, Idul Fitri itu bukan final atau batas kita beribadah karena sudah merasa bersih dari dosa, namun semestinya Ramadhan dijadikan sebagai medan latihan untuk terbiasa melakukan banyak amal ibadah, terlebih di bulan Ramadhan ini, sejarah mencatat bahwa Allah Swt telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw sebagai panduan kita semua untuk terus berjalan lurus,” lanjut sosok yang juga putra almarhum Kiai Fuad Hasyim tersebut.
Acara peringatan malam Nuzulul Qur’an ini dihadiri oleh ribuan jamaah yang terdiri dari warga kota Cirebon dan sekitarnya. Pada mulanya, acara yang terselenggara berkat kerjasama Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) At-Taqwa Kotamadya Cirebon dengan PT Berkah Pikiran Rakyat ini rencananya juga akan menghadirkan Habib Luthfi bin Yahya, rais syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), namun di tengah acara panitia mendapatkan konfirmasi bahwa ulama dari Pekalongan Jawa Tengah tersebut berhalangan hadir karena terjebak macet di jalur alternatif Pejagan, Tegal saat hendak mengarah ke kota Cirebon.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Sobih Adnan
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah