JAKARTA - Keanekaragaman paham adalah nyata dalam Islam. Namun demikian, umat
Islam tak perlu gegabah dan keras dalam menyikapi perbedaan.
Bagaimanapun, ketidaksetujuan dan ajakan harus diekspresikan dengan
kelembutan.
Pandangan ini mencuat dalam Pendidikan Aswaja dan Empat Pilar yang
digelar Pengurus Pusat Lembaga Dakwah NU (LDNU) dan Pimpinan Pusat
Himpunan Da‘iyah Muslimat NU (PP Hidmat NU) di gedung PBNU, Jakarta,
Ahad (21/7).
Saat menjadi pemateri, Rais Syuriyah PCNU Jember, Jawa Timur, KH
Muhyiddin A Somad mengatakan bahwa al-Qur’an menganjurkan tentang sikap
toleransi. “Toleransi ialah menghargai orang yang berbeda keyakinan tapi
tidak berarti membenarkan apalagi mendukung," katanya.
Dalam kesempatan itu Muhyiddin memaparkan sejumlah kelompok Islam
yang berbeda dengan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Kelompok-kelompok
tersebut mengkalim dirinya paling benar, bahkan menvonis kafir dan
murtad pihak lain.
Penulis buku-buku keislaman itu pun mengutip surat Thaha ayat 43-44
mengenai teladan Nabi terdahulu dalam menyuarakan kebenaran agama. Arti
ayat tersebut berbunyi, “Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada
Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui baas; maka berbicaralah kamu
berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut.”
Pendidikan Aswaja dan Empat Pilar diadakan sejak Jumat kemarin. Di
hari terakhir ini, pendidikan Aswaja dihadiri tamu asal luar negeri,
Muhammad Bashir Mehio yang merupakan Jubir komunitas Muslim Australia.
Kegiatan secara resmi ditutup Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali.
Penulis: Mahbib Khoiron
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah