JEMBER - Berbagai pihak meminta semua pihak untuk tidak terpancing bertindak
sendiri-sendiri dalam menyikapi konflik Puger, Jember, yang menyebabkan
seorang warga meninggal dunia.
Wakil Ketua MUI Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin, untuk hal-hal yang terkait dengan persoalan hukum, pihaknya mempersilahkan polisi menangani kasus Puger dengan bijak.
“Soal hukum, kita pasrahkan kepada polisi. Kita bagian rekonsiliasi,” tukasnya di sela-sela halal bihalal di Jember, Jumat (15/9) menanggapi ditetapkannya 9 tersangka kasus Puger oleh polisi, kemarin.
Gus A’ab mengaku sudah sekian kali berkomunikasi dengan Kapolda Jawa Timur maupun Kapolres Jember. Intinya, dirinya meminta polisi untuk menegakkan hukum dengan tegas, baik dan benar. “Tegas, belum tentu baik. Karenanya dalam mengambil keputusan, polisi juga perlu mempertimbangkan kearifan lokal,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Muspida, ulama dan umara dan pihak terkait terus berusaha untuk menemukan penyelesaian terbaik dari konflik Puger. Mencuatnya konflik Puger, kata Gus A’ab, tidak bisa lepas dari faktor Sunni-Syiah sehingga penyelesaiannya juga harus berangkat dari titik tersebut.
“Semoga kita semua segera menemukan format penyelesaian terbaik, yang sama-sama melegakan kedua belah pihak,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Puger, Agus Mudhofir berharap agar kasus tersebut mengakhiri perseteruan Sunni-Syiah yang sudah lama berlangsung.
“Terus terang korban meninggal adalah pengurus ranting NU Pugerkulon. Tapi marilah kita akhiri semua ini. Sedangkan soal pelaku pembunuhnan kita serahkan kepada polisi,” ucapnya. (Aryudi A. Razaq/Anam)
Wakil Ketua MUI Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin, untuk hal-hal yang terkait dengan persoalan hukum, pihaknya mempersilahkan polisi menangani kasus Puger dengan bijak.
“Soal hukum, kita pasrahkan kepada polisi. Kita bagian rekonsiliasi,” tukasnya di sela-sela halal bihalal di Jember, Jumat (15/9) menanggapi ditetapkannya 9 tersangka kasus Puger oleh polisi, kemarin.
Gus A’ab mengaku sudah sekian kali berkomunikasi dengan Kapolda Jawa Timur maupun Kapolres Jember. Intinya, dirinya meminta polisi untuk menegakkan hukum dengan tegas, baik dan benar. “Tegas, belum tentu baik. Karenanya dalam mengambil keputusan, polisi juga perlu mempertimbangkan kearifan lokal,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Muspida, ulama dan umara dan pihak terkait terus berusaha untuk menemukan penyelesaian terbaik dari konflik Puger. Mencuatnya konflik Puger, kata Gus A’ab, tidak bisa lepas dari faktor Sunni-Syiah sehingga penyelesaiannya juga harus berangkat dari titik tersebut.
“Semoga kita semua segera menemukan format penyelesaian terbaik, yang sama-sama melegakan kedua belah pihak,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Puger, Agus Mudhofir berharap agar kasus tersebut mengakhiri perseteruan Sunni-Syiah yang sudah lama berlangsung.
“Terus terang korban meninggal adalah pengurus ranting NU Pugerkulon. Tapi marilah kita akhiri semua ini. Sedangkan soal pelaku pembunuhnan kita serahkan kepada polisi,” ucapnya. (Aryudi A. Razaq/Anam)
0 comments:
Tulis komentar dengan menggunakan kata-kata yang baik, jaga sopan-santun dan sertakan Identitas secara jujur.
Terima kasih atas pengertian Anda ! Junjung tinggi Akhlaqul Karimah